SEBAGIAN besar TKA itu masuk ke Indonesia berkedok visa kunjungan. Hingga pihak Imigrasi merekam mereka sebagai turis, bukan sebagai pekerja. Alhasil, ekonom senior Faisal Basri menduga bahwa jumlah TKA yang masuk ke Indonesia menjadi jauh lebih besar daripada yang didata oleh pemerintah.
Biasanya, mereka datang ke Indonesia untuk bekerja di sejumlah proyek nasional. Salah satu yang paling menonjol adalah bekerja di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah. Modusnya mereka masuk lewat Bandara Sam Ratulangi (Manado) dengan charter flight. Dari sini mereka ke Morowali dengan Wings Air. Jumlahnya ribuan setiap bulan. Kalau yang (diberitakan) 100 atau 200, itu yang tertangkap media.
Mereka berdalih bagian dari program strategis nasional, yakni pengolahan nikel untuk produk baterai mobil listrik. Kenyataannya, sebagian besar justru untuk mengolah bahan tambang tertentu menjadi barang logam yang kemudian diekspor ke negara mereka (Cina).
“Mereka bisa membeli biji nikel (di Indonesia) dengan harga seperempat atau sepertiga harga internasional. Kalau mereka tetap pabriknya di Cina harganya mahal,” ujar Faisal Basri. Sejauh ini, semua administrator negeri ini, dari yang tertinggi, hanya membisu dan pura-pura tak tahu.
Tendri Aland
Bekasi, Jawa Barat