Peluang News, Jakarta-Koperasi di Indonesia telah lama diposisikan sebagai sokoguru ekonomi nasional. Namun hingga kini, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru mencapai 4,1 persen pada 2023. Angka ini jauh dari harapan, mengingat koperasi seharusnya menjadi motor utama pemerataan ekonomi nasional.
Realitas ini menunjukkan bahwa koperasi Indonesia membutuhkan revitalisasi menyeluruh. Bukan hanya dari sisi kelembagaan, tetapi lebih mendasar: koperasi harus dibangun dari desa ke nasional, diperkuat kolaborasi strategis antara desa, akademisi, dan negara.
Sejalan dengan itu, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa koperasi harus menjadi alat utama pemerataan ekonomi nasional. Koperasi, menurut beliau, harus menjadi instrumen untuk memastikan tidak ada satupun warga negara yang tertinggal dalam kemajuan ekonomi bangsa.
Pernyataan Presiden ini merupakan penguatan visi bahwa koperasi bukan hanya pilihan, melainkan keniscayaan dalam membangun ekonomi Indonesia yang adil, berdaulat, dan berkeadilan sosial.
Mengapa Dimulai dari Desa?
Desa memiliki potensi sumber daya lokal yang besar namun belum tergarap optimal. Koperasi desa, jika dikembangkan berbasis potensi lokal dan dihubungkan dalam jejaring koperasi nasional, dapat menjadi fondasi pemerataan ekonomi Indonesia yang kokoh dan berkelanjutan.
Keterlibatan aktif masyarakat desa akan menciptakan kemandirian ekonomi berbasis komunitas. Inilah esensi koperasi: membangun kekuatan dari bawah, bukan bergantung pada subsidi atau intervensi jangka pendek pemerintah.
Peran Kritis Akademisi: Bukan Sekadar Wacana
Selama ini, keterlibatan akademisi dalam pengembangan koperasi masih terbatas pada seminar dan pelatihan. Padahal, yang dibutuhkan adalah keterlibatan langsung: pengembangan model bisnis, pendampingan inovasi, digitalisasi koperasi, dan riset berbasis kebutuhan riil koperasi.
Melalui sinergi antara Koperasi Merah Putih dan akademisi yang terhimpun dalam Persatuan Guru Besar Indonesia (PERGUBI), kami membangun Koperasi Sekunder Nasional Binaan Profesor. Ini adalah ekosistem koperasi modern yang didukung oleh kekuatan riset, inovasi, dan jaringan nasional.
Akademisi bukan lagi hanya pengamat, melainkan aktor perubahan koperasi berbasis keunggulan lokal dan daya saing global.
Kritik Terhadap Model Lama Koperasi
Banyak koperasi di Indonesia masih terjebak dalam pola lama: bergantung pada bantuan pemerintah, kurang inovasi, dan mengabaikan teknologi. Akibatnya, koperasi sulit bersaing di era globalisasi dan digitalisasi.
Jika pola ini terus dipertahankan, koperasi hanya akan menjadi instrumen politik sesaat, bukan kekuatan ekonomi sejati.
Koperasi modern harus mengadopsi digitalisasi — membangun platform e-commerce koperasi, menggunakan sistem pembayaran digital, serta menerapkan manajemen keuangan berbasis teknologi real time.
Kita perlu belajar dari suksesnya model koperasi konsumen di Jepang, koperasi pekerja Mondragón di Spanyol, dan koperasi sumber daya alam di Swedia. Mereka menunjukkan bahwa koperasi dapat menjadi kekuatan utama industri dan pemerataan ekonomi.
Solusi Konkrit untuk Revitalisasi
Penguatan Koperasi Desa Berbasis Produk Unggulan Lokal.
Fokus pada pengembangan produk khas daerah yang memiliki nilai tambah ekonomi.
Digitalisasi Operasional Koperasi.
Membangun koperasi berbasis platform digital untuk meningkatkan efisiensi dan akses pasar.
Pembentukan Jejaring Koperasi Nasional.
Koperasi desa harus terhubung dalam koperasi sekunder nasional untuk memperluas pasar dan memperkuat daya tawar.
Pendampingan Berkelanjutan oleh Akademisi.
Membentuk “laboratorium koperasi hidup” di perguruan tinggi yang mendampingi koperasi hingga mandiri.
Reformasi Kebijakan Pemerintah.
Insentif harus diberikan kepada koperasi yang terbukti inovatif dan berkelanjutan, bukan sekadar kepada koperasi yang memenuhi administrasi.
Afirmasi Peran Koperasi dalam Belanja Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah harus mengutamakan koperasi lokal dalam pengadaan barang dan jasa.
Menatap Masa Depan
Jika koperasi mampu bertransformasi, kontribusinya terhadap PDB Indonesia dapat ditingkatkan menjadi 6–7 persen pada tahun 2030. Lebih dari itu, koperasi akan menjadi instrumen utama dalam pemerataan ekonomi yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Sinergi antara desa, akademisi, dan negara adalah jawaban atas tantangan besar ini. Dengan kolaborasi solid, koperasi Indonesia tidak hanya menjadi tumpuan ekonomi rakyat, tetapi juga kekuatan baru ekonomi nasional.
Kini saatnya Indonesia membangun ekosistem koperasi unggul — bukan sekadar sebagai slogan, tapi mari wujudnyatakan dengan takaran yang terukur dan dirasakan masyarakat luas di Indonesia dari desa hingga ke kota.
Oleh:
Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si
Ketua Umum Koperasi Sekunder Nasional Binaan Profesor
Ketua DPD Persatuan Guru Besar Indonesia (PERGUBI) Jawa Timur
Guru Besar Universitas Ciputra Surabaya
Tokoh pergerakan koperasi modern (Asosiasi Koperasi ritel Indonesia/AKRINDO)