octa vaganza

Melantai Lagi di Bursa, Saham GIAA Langsung Melesat

Jakarta (Peluang) : Kapitalisasi pasar Garuda Indonesia tercatat sebesar Rp 20,49 triliun

Emiten maskapai penerbangan milik negara Garuda Indonesia atau GIAA pada Selasa (3/1/2023) kembali melantai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Sebelumnya, GIAA diperdagangkan terakhir kali pada 17 Juni 2021. Dan pada perdagangan Selasa pekan ini, GIAA bergerak menembus batas atas  (Auto Reject Atas atau ARA) pada posisi Rp 224 per lembar saham. 

Saham Garuda bergerak di antara level Rp 190 hingga Rp 224 per saham. Total transaksi saham mencapai 34,59 juta saham dengan nilai transaksi Rp 7,66 miliar. Sementara, total frekuensi transaksi sebanyak 1.279 kali. Adapun kapitalisasi pasar Garuda Indonesia tercatat sebesar Rp 20,49 triliun

Pemberhentian perdagangan GIAA terjadi karena saham ini disuspensi sejak 18 Juni 2021. Dengan demikian, GIAA sempat berhenti diperdagangkan selama 16 bulan.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, perdagangan saham GIAA merupakan pertanda baik dan menjadi bukti kepercayaan serta apresiasi publik terhadap berbagai upaya bersama pemerintah dan manajemen Garuda Indonesia dalam melakukan restrukturisasi.

Menurut Erick, langkah-langkah restrukturisasi dan pemenuhan seluruh syarat perjanjian perdamaian merupakan kabar menyegarkan bagi Garuda Indonesia.

 “Kami berharap, ini akan menjadi pijakan bagi investor untuk terus menanamkan modalnya di GIAA,” kata Erick.

Ia menambahkan transformasi Garuda Indonesia semakin baik dan semakin terlihat. Mulai dari manajemen, keuangan, hingga pelayanan akan terus meningkatkan kualitasnya agar Garuda bisa terbang lebih tinggi.

Hal ini terbuktikan GIAA sanggup terbang kembali melalui paket langkah strategis demi memenuhi kewajiban perjanjian perdamaian Penerbangan Garuda Indonesia yang telah terpenuhi secara lengkap. 

Dengan demikian, Garuda Indonesia siap mengimplementasikan Perjanjian Perdamaian secara efektif mulai 1 Januari 2023.

Paket persyaratan homologasi perjanjian damai Garuda itu, antara lain Penerbitan Surat Utang Baru dan Surat Utang Berbasis Syariah (Sukuk) Baru pada 28 dan 29 Desember 2022. 

Sebelumnya, langkah strategis yang juga telah dipenuhi adalah realisasi Dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun. Kemudian penerbitan saham baru atau right issue dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), selanjutnya Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

 “Pencapaian langkah-langkah strategis itu merupakan bagian dari restrukturisasi terbesar dan terkompleks dalam sejarah korporasi Indonesia,” ungkap Erick.

Erick pun menjelaskan seluruh rangkaian pemenuhan kewajiban homologasi selesai dilaksanakan, setelah right issue tuntas. Ter masuk partial debt to equity conversion, dan ditutup dengan penerbitan Sukuk tranche baru mengganti Sukuk lama yang di-restuctured.

“Semoga Garuda terbang tinggi lagi, kali ini dengan keberlanjutan dan profitabilitas,” tandas Erick. 

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, suspensi saham Garuda pada awal tahun kinerja 2023 ini menjadi outlook positif atas langkah Garuda

untuk terus mengakselerasikan penguatan fundamental kinerja perusahaan.

Dengan landasan kinerja usaha yang semakin solid yang turut didukung oleh cost structure yang semakin lean dan adaptif pasca restrukturisasi.

“Kami optimistis Garuda dapat memaksimalkan momentum kebangkitan kinerja usaha terus perkuat melalui peluang pertumbuhan penumpang yang terus menunjukan potensi yang menjanjikan di tahun 2023 ini, khususnya dengan pencabutan PPKM pada penutup tahun 2022,” ungkap Irfan.

Lebih lanjut, ia mengatakan, Garuda berhasil merealisasikan komitmennya dalam pemenuhan kesiapan realisasi perjanjian perdamaian, sebagai bagian dari tahapan krusial dalam merampungkan proses restrukturisasi.

Sejumlah tahapan strategis telah dilalui Garuda dalam merampungkan proses restrukturisasi ini. Yakni mulai dari perolehan putusan homologasi atas perjanjian perdamaian oleh PN Jakarta Pusat, termasuk di dalamnya memaksimalkan langkah renegosiasi beban sewa pesawat, restrukturisasi hutang jangka panjang, dan instrumen kewajiban usaha lainnya.

“Kami optimistis tahun 2023 akan menjadi momentum Garuda untuk bertransformasi menjadi entitas bisnis yang semakin agile, adaptif, dan berdaya saing. Tentunya terus mengedepankan fokus profitabilitas kinerja usaha,” pungkas Irfan.

Exit mobile version