Al Jazeera, media global yang berpusat di Qatar menyoroti sulitnya gen Z di Indonesia mencari kerja. Bahkan, lulusan sarjana ditemukan banyak menganggur dan sulit mendapat pekerjaan yang layak. Al Jazeera menyebut Indonesia termasuk negara dengan tingkat pengangguran pemuda tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Tercatat 16% dari 44 juta penduduk Indonesia yang masuk kategori Gen Z tidak memiliki pekerjaan.
Kabar tersebut ditulis dalam artikel yang berjudul “Indonesia has 44 million youths. It’s struggling to get them jobs,” (18/7/25). Angka itu dua kali lipat lebih banyak dibanding tingkat pengangguran pemuda di negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Optimisme kelompok pemuda terhadap kondisi ekonomi juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga.
Survei yang dirilis oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada Januari lalu menunjukkan, anak muda Indonesia memiliki pandangan yang jauh lebih pesimistis terhadap kondisi ekonomi dan pemerintahan dibandingkan di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
Hanya sekitar 58% anak muda Indonesia yang menyatakan optimis terhadap rencana ekonomi pemerintah. Angka ini jauh di bawah rata-rata 75% dari enam negara tersebut. Pada bulan Februari, keresahan ini sempat meluap ke jalanan ketika mahasiswa mengibarkan gerakan Indonesia Gelap sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah memangkas anggaran untuk layanan publik.
Al Jazeera memuat pengalaman seorang sarjana hukum yang lulus satu tahun lebih awal bernama Andreas Hutapea. Dituliskan, Hutapea mencari pekerjaan selama dua tahun. Namun, dia mengalami banyak penolakan. Sebab, hanya 3 persen dari pelamar yang lolos dari berbagai tes. Lantaran uang semakin menipis, dia pun kembali tinggal bersama orangtua di pinggiran Medan, Sumatera Utara, dan mulai mengurus warung sembako.
Kaum muda Indonesia sejatinya menghadapi berbagai tantangan dalam mencari pekerjaan. Penyebabnya beragam. Dari kesenjangan keterampilan (skills mismatch); jumlah lulusan baru semakin banyak, sementara lapangan kerja yang tersedia terbatas; Revolusi industri 4.0 dan perkembangan teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara kerja dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan; tidak semua kaum muda memiliki akses yang sama terhadap informasi lowongan kerja atau memiliki jaringan profesional yang luas.●