hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Maulana Elang Putra, Terbang Tinggi dengan Kubis

MALANG—Sejak awal Maulana Elang Putra memang ingin berkarir di pertanian. Lulus SMA pada 2020, warga  Kalirejo, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang ini melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi jurusan agribisnis, Fakultas Pertanian Univeritas Islam Malang.

Namun apa daya pandemi Covid-19 membuat proses belajar mau tidak mau harus di rumah secara daring. Tidak ingin berpangku tangan Maulana pun mencoba bertani dengan berbudidaya cabai kerinting.

“Awalnya koditas ini sangat menguntungkan tetapi tidak berselang lama cabai ini diserang hama yang tidak dapat dikendalikan, lalu saya berfikir untuk mencoba komoditas lain yaitu budi daya tanaman kubis ini,” ujar pemuda berusia 20 tahun ini ketika dihubungi Peluang melalui Whatsapp, Kamis (18/11/21).

Inspirasinya didorong oleh seorang kawannya yang sudah lama  mengeluti tanaman kubis. Maulana tertarik menanam kubis dengan jangka waktu 60 hari panen. 

Pada 2021 Maulana menanam kubis dengan luas lahan kurang lebih 0,2 Ha yang berada di Desa Ngadri, Kecamatan Binangun,  Kabupaten  Blitar. Dengan modal awal Rp7 juta.

Saat ini Maulana masih menjalankan  budi daya cabai keriting, namun kemudian dia mengutamakan  tanaman kubis. Hasilnya agribisnis yang dijalankannya terbang tinggi.  Panennya sudah ada pembeli tetap yang dikirim ke luar negeri  (ekspor) dan juga pasar lokal.

“Pada saat panen mandapatkan hasil 8 ton dan dengan harga Rp3.500/kilo maka mendapatkan Rp28 juta dengan hasil bersih Rp21 juta per  dua bulan dengan rata-rata  per bulan Rp10,5 juta,” ungkap Maulana.

Dia berkeyakinan subsektor hortikultura tidak terdampak pandemi. Bahkan pada saat pandemi, petani masih mendapatkan keuntungan.  

“Rencana ke depan, saya  akan menambah ilmu serta ingin memperluas lahan garapan selain di hortikultura,  saya juga mempunyai angan-angan ingin belajar terjun di perkebunan yaitu tebu,” imbuhnya.

Maulana menyatakan  menjadi  petani milenial yaitu sangat menyenangkan dan dia mendukung gerakan milenial. Jika bukan milenial akan siapa lagi yang akan meneruskan pertanian di Indonesia.

“Jika generasi muda tidak ada yang peduli Maka suatu negara akan akan menjadi krisis pangan. Jangan gengsi menjadi petani karena petani merupakan  pekerjaan yang mulia dan dibutuhkan masyarakat jika bukan kita akan siapa lagi,” pungkasnya (Irvan).

pasang iklan di sini