hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Maskapai Perintis Susi Air Terdampak Serius

PERUSAHAAN penerbangan perintis, Susi Air, dua bulan tak menerbangkan pesawatnya hingga medio tahun lalu. Tanpa pemasukan sama sekali selama Susi Air off, tapi berbagai cost jalan terus. “Belum ada ketetapan dari pemerintah untuk misalnya bayar BPKB dan STNK pesawat, surat-surat pilot. Semua tetap harus kita urus. Seperti security clearence itu harus bayar Rp8 juta. Jadi, pembayaran jalan terus, pemasukan tidak ada, ” Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan.

Situasi saat ini adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnisnya, sehingga Susi tidak menampik adanya potensi kebangkrutan. “Apa pun strateginya, ini belum tentu membuat apa pun lebih baik. Sudah banyak yang melakukan PHK, merumahkan karyawan. Kalau tidak bisa, ya harus shut down. Atau menyatakan pailit,” ujar Susi. Ia berharap pemerintah membuat panduan yang jelas tentang situasi normal baru untuk mendukung pelaku usaha. Misalnya, membebaskan kewajiban PNBP.
            Susi Air beroperasi dari tujuh pangkalan utamanya di Medan, Jakarta, Balikpapan, Kendari, Bandung, Cilacap, dan Sentani. Susi Air didirikan pada 2004 untuk mengantarkan muatan perikanan dari perusahaan lain milik Susi, PT ASI Pudjiastuti.  Ketika gempa bumi Samudera Hindia 2004 di pesisir barat Sumatera, dua pesawat pertama Susi Air dipesan yaitu jenis Cessna Grand Caravan, untuk membantu pengiriman peralatan dan obat-obatan bagi regu penolong. Pada 2005 Grand Caravan ketiga bergabung dengan armada Susi Air sehingga Susi Air bisa memulai penerbangan berjadwal dari Medan. Selanjutnya selain beberapa Grand Caravan tambahan, Diamond Twin Star, Pilatus Turbo Porter dan Diamond Diamond Star pun ditambahkan ke dalam armada Susi Air. Pada Juni 2009, Susi Air mengumumkan mereka memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show.●

pasang iklan di sini