
Peluang news, Demak – Mashudi, pensiunan Kementerian Koperasi dan UKM, optimis dana yang ditabung/simpan di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) KUD Mintorogo aman. Sebab selama ini, kinerja KSP KUD Mintorogo Demak tempatnya menabung tidak masalah.
“Saya sudah 10 tahun lebih menabung di KUD Mintorogo-Demak. Tidak ada masalah,selalu rutin mendapat jasa simpanan saat kondisi normal,” ungkap Mashudi, saat dihubungi peluangnews.id, melalaui telepone, beberapa waktu lalu.
Pria yang memasuki usia 65 tahun ini mengaku, kebetulan dirinya sering berkomunikasi atas perkembangan KSP KUD Mintorogo dengan Supriyadi, sehingga dia tahu kondisi KSP KUD Mintorogo.
Mashudi menyadari, koperasi tempat menyimpan uang tabungannya sedang mengalami masalah. Masalahnya ada di salah satu cabang KUD Mintorogo sedangkan KUD Mintorogo tempatnya menabung tidak mengalami masalah. Ia berharap tidak terseret masalah dari cabang KUD Mintorogo yang sedang bermasalah.
Dengan kondisi KUD Mintorogo saat ini, menurut Mashudi, perlu adanya konsultan yang mencakup semua aspek secara menyeluruh. Dengan demikian akan diketahui bagaimana menyehatkan kondisi KUD Mintorogo kembali.
“Aset koperasi juga banyak dan koleteral peminjam juga ada, bisa dijual untuk menyehatkan kondisi KUD Mintorogo, misalnya begitu,” ungkap Mashudi.
Sebagaimana diberitakan, goyangnya KUD Mintorogo, berawal dari kejadian di salah satu cabang di Kudus. Dimana ada penarikan dana simpanan anggota yang berbarengan. Kantor cabang di Kudus tersebut tidak bisa memenuhinya, tetapi mereka tidak infomasikan ke pusat malah menunda pencairan dana simpanan anggota.
“Akibat menunda-nunda itu anggota menjadi cemas. Sebenarnya kalau segera ditanggani tidak akan melebar. Dikarenakan anggota Cabang Kudus dapat menarik simpanan di cabang lain yang terdekat,” ucap Dirut KSP KUD Mintorogo Supriyadi.
Kantor cabang KUD Mintorogo, lanjutnya, ada 11 cabang, yang lokasi kantornya berdekatan. Kantor cabang yang di Demak, Jepara, Pati, Kudus yang terkena dampak. Kondisi makin diperparah dengan banyak orang yang mengabarkan di media sosial yang isinya tidak sesuai fakta. Akibatnya semakin banyak anggota yang menarik simpanannya.
“Otomatis tidak ada pemasukan dan kami tidak berani mengambil dana simpanan dari cabang lain. Dana simpanan dicabang lain itu harus mereka kelola sendiri. Kalau tidak ada simpanan yang masuk sehingga perputaran uang hanya dari pinjaman sementara berita di medsosnya kenceng mengakibatkan peminjam menunda pembayaran mengakibatkan kolektivitasnya menjadi tidak lancar. Peminjam mengambil aksi menunggi dengan tidak membayar cicilan karena peminjam di koperasi tidak ada BI chekingnya,” beber Supriyadi. (Aji)