JAKARTA—Komoditas Edamame mencatat kinerja gemilang pada 2019 dengan total ekspor edamame secara nasional mencapai jumlah signifikan 6.790,7 ton. Tanaman keluarga kacang kedelai ini termasuk komoditas yang menunjukan ketangguhannya di masa pandemi.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan produk edamame adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) melalui anak perusahaannya PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Perusahaan tersebut telah mengekspor produk edamame dengan pasar utama Jepang.
Laporan tahunan PT ANJ, produk edamame mencatatkan kinerja yang baik. Perusahaan membukukan pendapatan 461.280 dolar AS pada 2020.
Angka itu meningkat dari 2019 yang hanya mendapatkan senilai 332.031 dolar AS. Kemudian, harga jual rata-rata juga mengalami peningkatan dari Rp7.459/kg pada tahun 2019 menjadi Rp7.971/kg pada tahun 2020.
Erwan Santoso, Presiden Direktur PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) menjelaskan bahwa PT perusahaan mulai membudidayakan edamame semenjak 2015.
“Tren pasar ekspor edamame sangat bagus. Bahkan pada amsa pandemi, ada kenaikan permintaan di negara tujuan ekspor. Baru tahun lalu, kami mulai ekspor edamame,”ujar Erwan dalam Webinar yang digelar Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) bertemakan “Mendorong Ekspor Berbasis Kawasan”, Sabtu, 7 Agustus 2021.
Di dalam negeri, produk edamame segar menjadi pilihan konsumen yang sebagian besar diserap kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Pilihan produk segar menunjukkan pertumbuhan ketika munculnya pandemi Covid-19.
Kapasitas pabrik edamame GMIT mencapai 6.000 ton per tahun yang telah menerapkan standar internasional dengan memerhatikan food safety, food quality, dan traceability. Selain itu, perusahaan juga menjalin pola kemitraan KSO ditujukan mengubah perilaku petani dari cara konvensional menuju pertanian berbasis standar global sehingga dicapai hasil sesuai spesifikasi pembel
“Sekarang ini, konsumen beralih kepada produk segar. Perusahaan dapat menjual ratusan ton edamame segara ke berbagai kota besar terutama Bali. Sebab, banyak wisatawan terutama asal Jepang yang mengunjungui Bali,” ujarnya.
Produk edamame yang dikembangkan di Kabupaten Jember ternyata lebih disukai warga Jepang. Alasannya, Indonesia merupakan negara tropis sehingga mendukung peningkatan kualitas dan rasa edamame. Sebanyak 66,6% ekspor edamame berasal dari Jember.
Sementara pada kesempatan yang sama Kepala Badan Karantina Pertanian RI Bambang MM mendukung ekspor produk andalan seperti edamame dan porang.
“Badan Karantina berupaya meningkatkan ekspor melalui berbagai kegiatan peningkatan informasi, dan menjalin kerja sama dengan entitas terkait baik di pusat maupun daerah. Harapannya agar dapat menambah kemanfaatan atau kesejahteraan bagi petani dan pelaku agribisnis,” ujar Bambang.