hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Berita  

Masa Lalu Tatanan Kehidupan Bernegara, Muaranya sampai pada Pamen di Bogor

Peluangnews, Jakartab- Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), sebuah konsep dan kebijakan politik yang mengatur tentang fungsi ABRI dalam tatanan kehidupan bernegara pada masa Orde Baru atau Orba (1966 – 1998). Kebijakan politik tersebut bermuara sampai pada peran perwira menengah (Pamen), dan tataran bawah – menengah.

Seperti peran Kasrem (Kepala Staf Korem) Bogor, Alm. Letkol Soeharjo (1928 – 2000) yang berperan menggerakan perekonomian daerah Bogor, sekaligus penstabil.

“Di Bogor semasa pemerintahan Orba, hampir setiap pejabat bisa menjadikan kotanya sejuk. Pengertian ‘sejuk’ untuk cuaca dan ‘sejuk’ dalam arti stabilitas. Pejabat setingkat Kepala Staf Korem, diikutsertakan pada kegiatan kepresidenan. Seperti peresmian Jalan Tol Jagorawi tahun 1978 oleh presiden Soeharto (presiden ke 2 RI; 1966 – 1998), Kasrem harus hadir,” kata Erick, salah satu aktivis pemerhati lingkungan Bogor, Senin (11/9/2023).

Erick, yang notabene anak kandung alm. Letkol Soeharjo mengaku tidak heran, kalau Bogor selalu mempunyai dua arti ‘kesejukan’. Beberapa kesatuan penyelenggaraan fungsi dan pelaksanaan tugas pokok ABRI (sekarang TNI & Polri) terpusat di Bogor. Kesatuan Pusat Zeni Angkatan Darat dan Korem, Polisi Militer dan lain sebagainya saling berdekatan di pusat kota Bogor.

“Yang jelas, dia sangat betah di Bogor karena mungkin situasi yang relative aman. Dia sempat ditawari tugas di luar Bogor, dengan iming-iming naik pangkat, dia menolak. Selain, dia sangat cinta Bogor, juga sudah menyatu dengan kesejukan kotanya. Sejuk yang dimaksud, sejuk cuaca dan sejuk dalam arti stabilitas keamanan,” kata pemilik nama asli Cletus Gunawan.

Sebagaimana konsep Dwifungsi memiliki dua tugas ABRI (1966 – 1998), yakni menjaga keamanan dan ketertiban negara serta mengatur negara sampai tingkat kota/kabupaten. Sehingga jabatan Kasrem yang diemban alm. Soehardjo saat itu dikenal punya rekam jejak sebagai prajurit spesialis operasi.

Waktu berusia 16 tahun (tahun 1944), almarhum sudah gabung pada kesatuan militer, yakni Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di Jawa Timur. Lalu, ketika dipindahkan ke Jawa Tengah, ia gabung dengan Tentara Pelajar (TP).

“Ketika hijrah ke Jawa Barat, Bapak saya gabung dengan Tentara Pelajar Siliwangi atau TPS. Sehingga beliau masuk pada tiga-tiganya (kesatuan militer) di seluruh pulau Jawa, dari Barat – Timur. Kesemuanya juga operasi pertahanan sejak perang kemerdekaan sampai pada masa Orba, dimana peran ABRI melekat dengan Dwifungsi,” tutur Erick.

Waktu tugas di Kodim, kegiatan komando pelaksana kewilayahan Bogor, almarhum juga berperan pada intelijen. Sebagaimana jabatan Komandan Kodim atau Dandim saat itu terdiri dari bagian atau seksi 1 – 4. Seksi 1, untuk kegiatan intelijen yang semasa pemerintahan Orba bekerja sangat efektif. Pelaksanaan kewilayahan Dandim termasuk wilayah Bogor ditopang oleh ujung-ujung tombaknya, yakni Koramil (Komando rayon militer) hingga ke pelosok.

“(aparat di Koramil) selalu laporan, baik langsung ke Dandim Kasdim (kepala staf Dandim) atau kepala seksi 1. kepala seksi, berpangkat Mayor. Terakhir, almarhum Bapak saya pension tahun 1983, berpangkat letkol. Tidak lama pension, dia sempat jadi anggota DPRD Prov Jawa Barat. Jabatannya hanya satu periode. Sejak dia ikut pada operasi TPS sampai dia meninggal dunia 23 tahun yang lalu, berbagai dekorasi termasuk pigura mengenai Bogor tidak lepas dari keprajuritan yang sejati,” kata Erick. (alb)

pasang iklan di sini