TANGGAL 27 Desember 1996, Marvel nyaris gulung tikar. Minat orang membeli komik Marvel saat itu anjlok. Penjualan komik dan penciptaan judul/karakter ikut menciut. Tidak hanya nyaris bangkrut, Marvel pun pada saat itu terlilit utang jutaan dolar. Di antaranya utang kepada perusahaan konglomerat di bidang hiburan dan media terbesar di dunia, Disney.
Marvel diselamatkan melalui merger dengan sebuah perusahaan mainan ToyBiz (1997). Sang CEO Marvel, Isaac Perlmutter pun menerapkan sistem untuk menekan angka pengeluaran dengan menghemat cashflow (arus kas). Menghemat cashflow tidak berarti mengurangi gaji pegawai. Ia tidak ragu memberi bonus kepada pegawainya yang memiliki inovasi-inovasi baru bagi Marvel melalui besarnya omzet yang ia dapati.
Kerja keras Isaac dan timnya pun membuahkan hasil yang sangat baik pada tahun 2008. Marvel ini membutuhkan waktu 12 tahun dalam menghemat pengeluaran hingga mencapai pemulihan. Tanggal 31 Desember 2009, Disney mengakuisisi Marvel dengan harga $4,300,000,000.
Semua perjuangan dan kerja keras yang dilakukan sang CEO Marvel, Isaac Perlmutter dan timnya tidak sia-sia. Setelah Iron Man, Marvel terus berkembang dengan 22 film layar lebar pemuncak tangga box office dunia, antara lain: Incredible Hulk (2008): $263,427,551 Box Office; The Avengers (2012): $1,518,594,910 Box Office; Captain America–Civil War (2016): $1,153,296,293 Box Office; Avengers–Infinity War (2018): $2,048,359,754 Box Office; Avengers–Endgame (2019): $2,796,150,478 Box Office; Spider-Man–Far From Home (2019): $1,116,424,639 Box Office. Hingga saat ini Marvel Entertainment menjadi salah satu perusahaan hiburan terbesar di seluruh dunia, terlebih lagi dibawah naungan Disney dan film-film layar lebarnya yang berhasil membius para penggemarnya di seluruh dunia.●