hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Martalinda Basuki, “Pengusaha Itu Jangan Cengeng”

MALANG—Pengalaman merintis usaha bagi Martalinda Basuki sebagai sesuatu yang luar biasa, banyak lika-likunya.  Menjadi pengusaha itu berpikir luas, bukan hanya untu bertahan hidup, tetai juga bertanggungjawab pada pegawai, pelanggan dan masyarakat, ketika bisnis sudah besar.

“Pengusaha itu tahan banting. Tidak bisa jadi orang cengeng, tidak gampang menyerah. Kita harus menguatkan orang lain, tanpa dikuatkan orang lain. Kita harus jadi tumpuan, tanpa bertumpu pada sesuatu pada seseorang,” ujar pendiri dan pemilik brand Cokelat Klasik ini dalam wawancaranya dengan Peluang, Minggu (16/8/20).

Perempuan yang karib dipanggil Lala itu  terjun ke dunia bisnis secara formal dengan membuka sebuah kafe di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur pada 2011.  Modalnya dengan menjual laptop, motor dan utang dengan berapa orang hingga Rp50 juta. Waktu itu dia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Perempuan kelahiran 13 Maret 1991 masuk ke dunia wirausaha dengan modal nekad. Orangtua tidak menyetujui karena khawatir akan menganggu kuliah, tetapi Lala tetap menjalaninya.

“Karena bisnis nggak ada mentor,  nggak ada yang mengarahkan,  pada 2012, aku bangkrut, kolaps utangnya utuh,” kenang Lala.

Namun semangat wirausaha tetap menyala dalam dirinya, dia kemudian melakukan riset apa potensi bisnis yang bisa dijalankannya dan yang paling laku, jawabannya cokelat. Risikonya minim, bahannya kering dan tidak gampang basi.

Lala pun hijrah ke Malang membuka bisnis minuman cokelat  dengan brand Cokelat Klasik dengan  menggunakan rombong (semacam gerobak).  Booth pertama didirikan di Jalan MT Haryono. Untuk menarik pembeli, dia menghiasi booth-nya dengan lampu kelap kelip warna merah pada Oktober 2012.  Pada waktu itu belum ada kuliner minuman cokelat dan usahanya pun booming.

Mitra pun berdatangan, juga teman-temannya ingin membuka usahanya untuk pulang ke daerahnya.  Hingga 2014, Lala sudah memiliki 46 outlet minuman cokelat cepat saji tersebar dari Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera.

Kinerjanya membuat dia diganjar menjadi Juara II Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2014 untuk kategori boga mahasiswa. Bisnis Cokelat Klasik pun melesat, dia  banyak mendapat investor, relasi dari sisi perbankan.

“Saya juga dapat ilmu baru untuk memfokuskan bisnis hingga bagaimana memelihara tim,” kata Lala.

Ketika ditanya soal Pandemi Covid 19, Lala mengaku juga terdampak. Dia mengaku tetap istiqomah, apa pun kondisinya bertahan dan berjuang, dengan semua sumber daya. Pada awal pandemi  Lala membuat produk subsitusi herbal curcumin, karena dia tahu orang butuh minuman menjaga stamina  Selain itu dia juga menjaga pelanggannya dan strategi promo.

Ke depan, Lala akan mengembangkan produknya, manajemen dan melebarkan unit bisnisnya.

“Saya akan memanfaatkan apa yang Allah kasih dan tidak akan menyia-nyiakannya. Saya tidak berbangga diri. Allah juga menitipkan sebagian umatnya untuk saya sejaterahkan dan amanah itu terus saya jalankan,” pungkas dia (Van).

pasang iklan di sini