octa vaganza

Mantan Sopir Angkot Ini Jadi Pengusaha Kerajinan Kaleng Bekas

JAKARTA-—Inspirasi kadang muncul tanpa sengaja.  Hal ini dialami Kusnodin, 55 tahun seorang pria yang tinggal di Magelang, Jawa Tengah.  Hingga 1987 Kusnodin hanya seorang sopir angkot. Suatu ketika kotak peralatan yang terbuat dari kaleng, dirasanya terlalu besar dan dia memperkecilnya.

Sisa kaleng itu dirasanya bagus dan dibuatnya menjadi replika burung merak.  Ternyata iseng-iseng itu mengubah hidupnya. Replika itu terjual dan merangsangnya membuat kerajinan dari kaleng bekas yang ditemuinya di mana saja, bekas biskuit, kaleng oli, kaleng obat. Produk pada waktu dijual Rp10 hingga Rp20 ribu.

Pemerintah Kabupaten Magelang rupanya jatuh hati pada upaya ini dan membantu pemasarannya pada 1989.  Setahun kemudian Kusnodin berhenti jadi sopir usahanya maju pesat. Dari kaleng bekas dia mampu membuat topeng dan aneka burung.

“Saya membuatnya sistematis. Mulanya sayapnya dulu berapa puluh, lalu badan, kepala dan akhirnya jadi.  Untuk ukuran kecil saya bisa buat 300 per bulan. Namun saya pernah membuat replika harimau dari kaleng,” ungkap Kusnodin ketika ditemui Peluang di sela acara Otonomi Expo 2019 yang digelar Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), Rabu (3/7) lalu.

Pada perkembangan usahanya Kusnodin tidak lagi sembarangan memilih kaleng. Dia membelinya dari pengepul kaleng bekas.  Dalam sebulan dia meraup omzet antara Rp30 hingga Rp40 juta.  Kusnodin mengaku produknya banyak dibeli orang asing.  

Dia mengaku menjual di gerainya yang terletak tak jauh dari Candi Borobudur.  Itu sebabnya 80% pembelinya adalah orang asing.

Ke depan Kusnodin rencana pensiun dan usahanya diteruskan anaknya.  Sang anak dari generasi milenial akrab dengan teknologi informasi mampu mengembangakn sayap bisnis lewat pemasaran secara daring (Irvan Sjafari).

Exit mobile version