hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Ragam  

Makan Bergizi Gratis Harus Sejalan dengan Kepedulian Lingkungan

Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana, meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banjarbaru beberapa waktu lalu.
Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana, meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banjarbaru beberapa waktu lalu.

PeluangNews, Jakarta – Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana, meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banjarbaru beberapa waktu lalu.

Hanifah mengunjungi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ia menyaksikan ribuan porsi makanan bergizi didistribusikan setiap hari. Namun, di balik sukses itu, ia menyoroti persoalan lingkungan.

“Sampah sisa makanan masih diangkut tanpa pemilahan, air limbah dapur belum diuji kualitas sebelum dibuang ke badan air, dan IPAL yang ada masih sederhana. Meski minyak jelantah sudah diambil pihak tertentu, persoalan ini tetap harus menjadi perhatian bersama,” ujar Hanifah.

Ia menekankan pentingnya integrasi gizi dengan kepedulian lingkungan. “Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar untuk menyiapkan generasi emas. Namun, keberhasilannya harus berjalan seiring dengan kepedulian lingkungan. Kami mendorong sekolah dan dapur SPPG mulai memilah sampah sejak dari sumber serta memastikan limbah cair diolah dengan benar. Dengan pengelolaan sederhana yang konsisten, kita bisa menjaga anak-anak tetap sehat sekaligus mewariskan bumi yang lestari,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH berkomitmen memberi pendampingan teknis. Fokusnya adalah membantu sekolah dan dapur mengolah sampah organik menjadi kompos serta menyiapkan desain IPAL sederhana sesuai kebutuhan lokal. “Sampah organik tidak lagi hanya jadi pakan ternak, tapi juga bisa diproses dengan Lodong Sisa Dapur (Losida) atau Teba Modern untuk menghasilkan kompos,” jelas Hanifah.

Losida merupakan sistem pengelolaan sampah organik dengan pipa pralon atau tong untuk mengubah sisa makanan jadi pupuk. Sementara Teba Modern adalah modernisasi dari tradisi teba di Bali, berupa lubang pengomposan besar untuk mengelola sampah organik secara mandiri.

Hanifah menyebut program MBG membuka peluang penerapan ekonomi sirkular. “Limbah tidak sekadar dibuang, tetapi bisa kembali jadi sumber daya, seperti kompos dari sisa organik maupun minyak jelantah yang dimanfaatkan pihak ketiga,” katanya.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pesan besar program ini. “Makanan bergizi bukan hanya bekal bagi anak-anak kita, tapi juga amanah untuk bumi tempat mereka tumbuh,” ujarnya.

Hanif mengajak semua pihak untuk bergerak. “Sekolah, dapur penyedia, masyarakat, hingga pemerintah daerah harus mengelola sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan begitu, kita bukan hanya menyiapkan generasi emas yang sehat, tetapi juga mengurangi sampah di TPA dan menjaga lingkungan tetap lestari,” tandasnya.

Program MBG memberi harapan besar. Namun, keberhasilannya menuntut peran aktif sekolah, pengelola dapur, masyarakat, hingga pemerintah daerah. Makanan sehat untuk anak-anak harus berjalan beriringan dengan lingkungan yang terjaga.

pasang iklan di sini