PURWOKERTO—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2019 konsumsi sayur di Indonesia hanya mencapai 209,89 gram per kapita per hari. Capaian itu dari jumlah konsumsi sayur yang disarankan WHO adalah 250 gram per kapita per hari.
Tim peneliti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dari Fakultas Pertanian Soedirman menduga kurangnya konsumsi sayuran bukan karena jumlahnya terbatas dan di Indonesia cukup berlimpah, tetapi lebih dikarenakan tampilan sayur yang kurang menarik dan rasanya yang kurang disukai.
Padahal di sisi lain sebagian besar orang sudah mengetahui banyaknya komponen nutrisi dalam sayur yang diperlukan oleh tubuh.
Tim yang diketuai oleh Gloria Angelina bersama 2 anggotanya yang terdiri dari Elisabeth Tyastiningrum dan Ester Mastiur Sitorus menciptakan inovasi olahan sayur berupa vegetables jam atau selai sayuran.
Produk tersebut terdiri atas beberapa jenis sayur dan labu-labuan, yaitu labu kuning, wortel, brokoli, labu siam, bayam dan daun kelor. Penggunaan bahan-bahan tersebut tentunya akan menghasilkan rasa dan aroma yang kurang disukai oleh masyarakat.
Sehingga untuk menyiasati mereka memanfaatkan limbah kulit jeruk yang mengandung minyak atsiri sebagai agen flavor pada produk selai yang dihasilkan.
Gloria mengungkapkan selai sayuran dengan penambahan concrete minyak atsiri dari kulit jeruk mampu memperbaiki rasa dan aroma selai meskipun kadar gula yang digunakan hanya 15%.
“Produk selai sayuranengan penambahan bahan aktif dari kulit jeruk memiliki aktivitas antioksidan, kadar beta karoten dan kadar serat pangan yang lebih tinggi dibandingkan serat sayuran yang tidak ditambahkan bahan aktif dari kulit jeruk,” ujar Gloria, Kamis (21/10/21).
Dikatakannya antioksidan, yang salah satunya terdapat dalam bentuk beta karoten, dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan radikal bebas dari lingkungan yang berpotensi merusak kerja sistem tubuh, dimana potensinya lebih besar di masa pandemi saat ini.
Sementara serat pangan adalah jenis kandungan non-gizi yang ramah bagi penderita obesitas dan diabetes karena sifatnya yang tidak dapat dicerna oleh usus halus, sehingga peningkatan gula maupun gula darah dalam tubuh dapat dicegah.
Produk selai sayuran memiliki potensi besar sebagai selai yang tidak hanya dapat meningkatkan konsumsi sayuran, sekaligus punya nilai lingkungan, yaitu meminimalisir jumlah limbah kulit jeruk.
“Selain itu selai ini juga menjadi produk yang dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan dengan manfaat yang bervariasi,” pungkas Gloria.