Di atas fakta yang kurang meyakinkan, Presiden Prabowo Subianto menepis pesimisme. Prabowo memiliki optimisme bahwa Indonesia (akan) mampu menjadi pengekspor atau pusat lumbung pangan dunia.
LUMBUNG pangan (food estate) merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia yang dirancang dengan konsep pengembangan pangan secara terintegrasi. Kebijakan ini menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) 2020-2024 yang digagas oleh Presiden Jokowi. Pelaksanaan proyek lumbung pangan ini melibatkan berbagai kementerian, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian PUPR.
Setiap wilayah lumbung pangan mengembangkan komoditas yang berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal. Keberagaman jenis tanamannya mencerminkan adaptasi kebijakan lumbung pangan untuk memenuhi kebutuhan setiap wilayah secara optimal. Lumbung pangan merupakan tempat menyimpan bahan pangan untuk menghadapi masa paceklik. Lumbung pangan juga berperan dalam mengatasi kerawanan pangan masyarakat.
Meskipun Menteri Pertahanan dipilih sebagai pemimpin proyek, Prabowo Subianto menegaskan bahwa Kementerian Pertahanan hanya menjadi pendukung dalam pengerjaan food estate. Kementerian Pertanian akan tetap menjadi leading sector. Korelasi fungsional semacam ini yang tampak kurang tersosialisasikan.
Kementerian Pertanian menetapkan enam provinsi yang menjadi lumbung pangan nasional, guna mengantisipasi bencana El Nino. Yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Selain enam titik itu, ada sejumlah provinsi lainnya yang menjadi penyangga yaitu Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Medan, serta Nusa Tenggara Barat.
Ada keseriusan untuk menanggulangi (kemungkinan) krisis pangan. Buktinya, dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, Indonesia telah memiliki 4.868 lumbung pangan masyarakat atau LPM. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, LPM itu tersebar di 388 kabupaten/kota di 33 provinsi. Provinsi yang memiliki LPM terbanyak adalah Jawa Tengah (628 LPM), Jawa Timur (616 LPM), Jawa Barat (354 LPM), Lampung (304 LPM), Sumatera Selatan (266 LPM), dan Nusa Tenggara Timur (225 LPM).
Kinerja hampir 5.000 lumbung padi se-Tanah Air itu, sayangnya, masih jauh dari harapan. Di sana sini ada klaim berhasil. Tapi bersamaan dengan itu muncul data yang membantah keberhasilan itu. Yang patut diapresiasi adalah Jawa Timur yang kembali mencatat prestasi sebagai provinsi dengan produksi padi tertinggi pada 2023. Predikat sebagai lumbung pangan nasional berhasil dipertahankan selama empat tahun berturut-turut sejak 2020.
Provinsi Jawa Timur kembali menduduki peringkat pertama penghasil padi terbesar 2023 di Indonesia dengan total 9,591 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 5,538 juta ton beras. Angka tersebut bahkan mencapai 1/6 dari produksi beras nasional. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dibutuhkan dan terbukti berhasil dalam menjaga kecukupan pangan bahkan menjadi lumbung pangan nasional.
Di provinsi-provinsi lumbung lainnya yang muncul ke permukaan justru berita miring dan miris. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Tengah, Bayu Herinata, sejak 2021 hingga 2023, belum ada hasil singkong dari Gunung Mas, karena tanah berpasir di lokasi tersebut tidak mendukung pertumbuhan singkong.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, sempat mengumumkan keberhasilan panen jagung di lokasi tersebut. Amran menyebut produksi singkong sebanyak 6,5 ton per hektare. Ia bahkan mengklaim bahwa teknologi pertanian yang diterapkan sudah sesuai harapan, namun Bayu Herinata menilai proyek tersebut tidak berhasil dan tidak perlu dilanjutkan.
Kondisi di Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Sumatera Utara, yang merupakan wilayah food estate, menurut Direktur Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), Delima Silalahi, sangat memprihatinkan. Dari 215 hektare lahan yang awalnya ditanami, hanya sekitar 10 persen atau 20 hektare yang masih dikelola. Sekitar 80 hingga 90 persen lahan terlantar dan ditumbuhi ilalang liar.
Masalah bermula dari perencanaan yang buruk pada tahun 2020, dimana sertifikasi tanah bagi 80 pemilik lahan tidak melalui persiapan yang matang. Pada tahap awal, petani tidak mendapat pendampingan yang memadai untuk menanam komoditi seperti bawang putih, bawang merah, dan kentang. Klaim keberhasilan oleh pemerintah saat panen perdana dianggap gagal oleh masyarakat karena hasilnya sedikit.
Di atas fakta kurang meyakinkan semacam itu, Presiden terpilih Prabowo Subianto menepis pesimisme. Prabowo memiliki optimisme ke depannya bahwa Indonesia (akan) mampu menjadi pengekspor atau pusat lumbung pangan dunia. Sebuah target yang bagus untuk mempertahankan optimisme. Dalam kalimat Prabowo sendiri, “Saya percaya matematika”.
Prabowo mengatakan Indonesia merupakan negara agraris, namun dua tahun belakangan Indonesia mengimpor berjuta-juta ton beras. Ia juga menyoroti swasembada beras yang bisa terjadi di era presiden Soeharto. Menurut dia, kementerian pertanian memiliki target 1 juta hektare cetak sawah, namun belum terlihat investor yang masuk. “Artinya ekonomi perberasan enggak menarik, bagaimana kita gerakkan sekian juta,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman membenarkan ada banyak tantangan yang saat ini masih menghadang di sector pertanian dalam negeri. Khususnya di komoditas padi. “Kami dulu anti impor, tapi melihat kenyataan lapangan terlalu banyak masalah yang dihadapi,” kata dia.
Dijelaskan iklim el nino ekstrem dan kekeringan seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini. Selain itu, menurut Amran, swasembada beras sebetulnya telah diupayakan. Ia menyebut, swasembada tahun 1984 tetap membolehkan impor 10 persen, dan maksimal kala itu jumlah penduduk setengah dari masyarakat saat ini. Swasembada di era pemerintah sekarang jelas menuntut upaya yang luar biasa.
Bicara prospek ke depan, Mentan Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah menargetkan sawah seluas 1 juta hektare, dan yakin bakal terpenuhi. Kementerian Pertanian menurut dia sudah menggarap peta untuk 2025-2029. “Sudah ada blueprint-nya, dan ditargetkan selesai satu bulan,” ujarnya.
Menurut perhitungan timnya, kata Prabowo, Indonesia bisa mencapai swasembada pangan dalam lima tahun ke depan. Tak hanya itu, tim Prabowo juga memperkirakan Indonesia bisa menjadi eksportir pangan untuk dunia. “Kita akan menjadi lumbung pangan dunia,” katanya dalam penutupan Kongres 6 Partai Amanat Nasional (PAN) pada Sabtu, 24 Agustus 2024.