PEMERINTAH Jerman dan Lufthansa mencapai kesepakatan awal dana talangan €9 miliar/Rp146 triliun (asumsi kurs Rp14.900/US$). Pembicaraan kubu Lufthansa dengan Berlin berlangsung alot. Hanya saja, manajemen juga sempat berkonflik mengingat bantuan ini tidak gratis. Sebab, ada ketentuan pemerintah melakukan kontrol terhadap maskapai tersebut sebagai imbalan atas bailout.
Akhir Mei, Kementerian Keuangan dan Ekonomi Jerman mengatakan bahwa Lufthansa sebetulnya perusahaan yang sehat secara operasional sebelum wabah coronavirus. Perusahaan ini juga menguntungkan dan memiliki prospek yang baik.
Para pesaing Lufthansa seperti maskapai Prancis-Belanda Air France-KLM dan maskapai AS: American Airlines, United Airlines dan Delta Air Lines juga telah meminta bantuan negara agar tetap bertahan. Rencananya, pemerintah Jerman akan mengambil 20% saham Lufthansa, yang akan dijual lagi pada akhir 2023. Jerman akan membeli saham baru dengan total nilai pembelian sekitar €300 juta.
Seperti dikutip Reuters, “Dukungan yang kami siapkan di sini adalah untuk jangka waktu terbatas. Ketika perusahaan fit lagi, negara akan menjual sahamnya … dengan keuntungan kecil memungkinkan kami membiayai banyak (perusahaan). Sejumlah persyaratan harus kami penuhi sekarang, tidak hanya di perusahaan ini.”
Pemerintah juga akan menyuntikkan €5,7 miliar dalam penyertaan modal yang diambil secara non-voting, yang dijuluki sebagai partisipasi senyap ke dalam perusahaan. Sebagian dari penyertaan modal ini dapat dikonversi menjadi 5% saham tambahan, dengan catatan jika pembayaran kupon tidak dilakukan atau untuk melindungi perusahaan terhadap pengambilalihan investor lain. Namun kesepakatan bailout ini masih menunggu persetujuan pemegang saham dan Komisi Eropa.●(Fauzian)