Sebesar 40 persen dari target penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM menyasar koperasi sektor produktif, tak sekadar pembiayaan, juga dilakukan monitoring dan evaluasi guna mengetahui efektivitas penyaluran dana dan proyeksi perkembangan mitra usaha.
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) meningkatkan komitmennya untuk menyasar pembiayaan ke koperasi di sektor riil. Peningkatan itu terlihat dari target penyaluran sebesar 40 persen dari jumlah sebelumnya, yang baru 13,5 persen dari sebanyak 192 unit mitra usaha. Kebijakan alokasi pembiayaan ini sesuai arahan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang meminta pengembangan koperasi sektor riil harus digencarkan karena lebih mampu menciptakan kemandirian dan penguatan posisi tawar para pegiat koperasi.
Tindak lanjut dari komitmen tersebut, Direktur Utama
LPDB-KUMKM Supomo mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyambangi sejumlah koperasi produsen kopi di Provinsi Aceh, pada 25 Februari 2022. Besarnya potensi ekonomi dari komoditas kopi di negeri Serambi Mekah ini mendorong LPDB-KUMKM tertarik membiayai empat koperasi produsen kopi yaitu Koperasi Bersama Mandiri Sejahtera (Bahtera) di Kabupaten Bener Meriah, dan tiga koperasi lainnya berada di Aceh Tengah, yakni Koperasi Baitul Qiradh (KBQ) Baburrayyan, Koperasi Produsen Arinagata, dan Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo).
“Semuanya merupakan koperasi yang bergerak di sektor pengolahan dan perdagangan kopi. Seperti kita tahu, kopi merupakan produk unggulan dari Provinsi Aceh yang harus terus kita kembangkan,” kata Supomo, disela kunjungannya pada 23-27 Februari 2022 lalu. Dia menambahkan, LPDB-KUMKM memang harus hadir memback-up koperasi yang jadi mitra usahanya agar tidak berutang kepada rakyat, dalam hal ini adalah petani kopi. Koperasi sebagai offtaker pertama, harus membeli secara tunai dari petani. Dengan begitu, petani akan lebih sejahtera karena tidak perlu menunggu pembayaran terlalu lama.
Komitmen pembiayaan LPDB-KUMKM untuk petani kopi Aceh sudah berlangsung cukup lama, KBQ Baburrayyan, misalnya, telah mendapatkan dua kali pinjaman dari LPDB-KUMKM sejak 2011 hingga 2020 dengan rincian pinjaman pertama cair pada 5 Mei 2011 sebesar Rp2 miliar, dan pinjaman kedua Rp10 miliar yang cair secara bertahap, yaitu, pada 31 Oktober 2019 sebesar Rp2 miliar, dan tahap kedua pada 7 Juli 2021 sebesar Rp8 miliar.
Sementara Koperasi Produsen Arinagata mendapat suntikan dana bergulir sebesar Rp1,25 miliar pada 2021. Koperasi ini beranggotakan sebanyak 335 petani dan mengelola lahan kopi seluas 2.700 hektare yang tersebar di Aceh Tenggara dan Bener Meriah (Takengon). Produk kopi yang dihasilkan juga sudah menembus pasar AS.
Koperasi lainnya, Kokowagayo bahkan kelasnya sudah mendunia dan telah malang-melintang di pasar internasional. Kokowagayo menjadi satu-satunya koperasi wanita di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam organisasi petani kopi wanita internasional berbasis di Peru, Amerika Selatan yaitu, Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino.
Untuk semakin mengembangkan produk kopi di Aceh, Supomo melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kepada empat koperasi yang merupakan mitra LPDB-KUMKM penerima dana bergulir. Sasarannya, untuk mengetahui secara detail business plan ke depan dari para mitra
LPDB-KUMKM, khususnya yang berada di Aceh. Dari monev di Aceh, Supomo menjelaskan kinerja keempat koperasi kopi tersebut bagus. “Ini juga merupakan salah satu fungsi LPDB-KUMKM yaitu melakukan pendampingan kepada para mitra,” ujarnya.
Profil Koperasi Eksportir Kopi Aceh
KBQ Baburrayyan awalnya bergerak di bidang simpan pinjam, kemudian beralih dan bergerak bidang sektor riil, yaitu bidang processing atau mengolah biji kopi dari awal pemetikan hingga pengeringan, dan merambah perdagangan kopi.
Pada tahun lalu, jumlah anggota mencapai 4.260 petani kopi organik dengan luas lahan seluas 5.590 hektare yang tersebar di dua kabupaten, yaitu di Kabupaten Aceh Tengah dengan 3.064 anggota dan luas lahan 3.509 hektare, serta di Kabupaten Bener Meriah dengan 1.196 anggota yang memiliki lahan seluas 2.079 hektare.
Kopi yang dihasilkan KBQ Baburrayyan, 100 persen dibeli dari petani, dan setelah diproses, menghasilkan grade 1,85% dan non-grade sebesar 15%. Untuk grade pertama, seluruhnya diekspor ke AS dan Eropa, sedangkan non-grade dijual ke pasar lokal.
KBQ Baburrayyan mengekspor 90 persen ke AS dan 10 persen ke Eropa dan negara tetangga, Australia serta negara Asia lainnya. Salah satu pasar ekspor kopi KBQ Baburrayyan adalah Starbucks Coffee Company yang berkantor pusat di Seattle, AS. Tercatat, Starbucks merupakan pembeli terbesar di dunia, karena mereka memiliki hampir 33.000 gerai kopi.
Bukan hal mudah untuk menembus gerai kopi terkenal di dunia tersebut. Sebab, untuk dapat masuk ke pasar Starbucks, biasanya para koperasi eksportir harus melalui broker yang sudah dikenal oleh Starbucks. Tetapi berbeda dengan KBQ Baburrayyan yang bisa memasok langsung ke Starbucks, tanpa melalui broker dan satu-satunya koperasi di Indonesia yang dapat menjual langsung ke pasar Starbucks Coffee Internasional.
Saat ini, Starbucks membuka gerai super ekslusif dengan nama Starbucks Reserve, dimana di Indonesia hanya terdapat di Kota Medan dan Bali. KBQ Baburrayyan sendiri diberikan kesempatan untuk mensuplai kopi sebanyak 2.280 kilogram ke Yokohama Jepang, Shanghai China sebanyak 10.500 kilogram, Takoma AS sebanyak 8.400 kilogram dan ke Hamburg Jerman sebanyak 2.820 kilogram.
Sementara untuk Kokowagayo, seluruh anggotanya merupakan perempuan petani kopi yang berjumlah 409 orang dan mengelola lahan sebanyak 342 hektare. Pangsa pasar ekspor kopi dari Kokowagayo sebanyak 70% ke AS, 20% ke Eropa, dan 10% ke Australia. Pada tahun lalu, jumlah aset Kokowagayo mencapai Rp8,5 miliar. Kokowagayo memproduksi 450.000 ton kopi per tahun.
Jumlah petani kopi di Kabupaten Bener Meriah mencapai 64.000 orang. Mayoritas lahan kopi masih dikelola perorangan secara organik. Sehingga tak heran, kopi Gayo asal Bener Meriah mampu menarik minat importir dunia. (Kur)