NAMA Robert Budi Hartono identik dengan Djarum. Keduanya tidak bisa dipisahkan, karena Djarumlah yang menjadi batu loncatan Hartono dalam dunia bisnis. Dulu Djarum hanya sebuah bisnis rokok kretek lokal yang pabriknya pernah mengalami kebakaran hebat. Musibah terjadi pada tahun 1963. Di tahun yang sama, Oei Wie Gwan, ayah Hartono, meninggal.
Di tangan Hartono dan pemikirannya yang modern, Djarum bangkit dari mati suri. Salah satu rokok andalan buatan Djarum saat itu adalah Djarum Filter. Rokok dengan cita rasa kretek tradisional dikenalkan tahun 1981 dan segera laris di pasaran. Hartono juga berhasil mengekspor rokok ke Amerika Serikat sejak 1972.
Melalui Djarum, ia memberdayakan para wanita di Kudus. Ia melebarkan sayapnya ke dunia perbankan Indonesia dengan membeli saham BCA. Diversifikasi bisnis dilakukan untuk memecah bisnisnya dalam beberapa jenis usaha agar tidak mudah bangkrut saat ada guncangan ekonomi. Selanjutnya, masuk di bidang properti dengan mal megah Grand Indonesia Shopping Town, Padma Hotel Bali, Hotel Malya Bandung, dan Sekar Alliance Hotel. Keluarga Hartono juga membangun Pulogadung Trade Centre dan WTC Mangga Dua, Jakarta.
Di bidang agrobisnis, ada PT Hartono Plantation Indonesia. Ia juga memiliki bisnis elektronik dengan merk Polytron serta membeli situs forum terbesar di Indonesia, Kaskus. Ia mendedikasikan hobinya, yaitu bulu tangkis untuk memberi beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi dalam bidang bulu tangkis.
Ia menempati ranking satu dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2018 versi Forbes. Kekayaannya US$71,4 miliar, setara dengan Rp238,38 triliun. Untuk bisa menjadi sebesar dan sesukses itu, Hartono memiliki dua kunci yang selalu dipegangnya. Yaitu selalu berusaha untuk berkembang lebih baik dan pantang menyerah.●(dd)