octa vaganza

Lisye Diana, Bersinar Berkat Usaha Lampion

BANDUNG—-Setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai Sekretaris PT Dirgantara Indonesia (DI), Lisye Diana memutuskan mendirirkan industri rumahan pada 1998.  Dia belajar secara membuat lampion dan kap lampu dari kertas otodidak dari orangtua angkatnya.

Dengan modal awal Rp10 juta, Lisye mulai merintis usaha ini bersama suaminya Abdul Syukur di kediamannya Jalan Gunung Batu Gang Mulya Asih No 16, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.  Bahan baku yang dipakai tak hanya kertas, tetapi juga tembaga, stainless steel, dan bahan lainnya.  Namun kekuatan produk Diana terletak pada inovasi dan kreasinya.

Workshopnya mampu memproduksi berbagai jenis lampion, mulai dari lampion tradisional hingga modern seperti lampion dengan bentuk buah jatuh, embun berleher, silinder (kapsul) dan silinder bunga Menhua

Kini di bawah brand  L & D Art Lamp, Lisye Diana usahanya mampu bertahan bahkan sudah pernah ikut berbagai pameran di sepuluh negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Ukraina, Jepang dan terakhir di Armenia.  Selama ikut pameran barang yang di bawahnya selalu tandas.

Beberapa perusahaan besar pun kerap memesan lampion dari kami seperti PT SOGO, PT Indo Digital dan PT Puzzle sejak 2008.  Untuk melayani pemesanan, Liyse diperkuat 5 karawan tetap, namun apabila ada pesanan ebsar dia merekrut lima puluh orang.

“Lampion saya dijual antara Rp50 ribu hingga Rp2, 3 juta bergantung kesulitan pembuatannya. Saya pernah mendapat order besar 10 ribu lampion dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta wkatu masih di bawah Deddy Mulyadi untuk perayaan hari ulang tahunnya sebanyak 10 ribu lampion,” ungkap Lisye ketika dihubungi Peluang, Kamis (25/7/19).

Di dalam negeri sudah puluhan pameran yang diikutinya, di antaranya di Jakarta dan BSD. Ke depannya Lisye mengaku hanya melayani pemesanan di dalam negeri dulu. Dia juga berencana mempunyai toko sendiri (Irvan Sjafari)

Exit mobile version