SURABAYA—Suatu hari pada 2015, seorang gadis bernama Berdit Zanzabela singgah di beerapa tempat usaha perajin batik Trenggalek, daerah kelahirannya. Dia terkejut ternyata harga batik tulis di kampung halamannya sangat murah dibandingkan tempat lain.
Berdit kemudian mengetahui daya beli masyarakat Trenggalek rendah dan lebih suka membeli batik cetak (print )yang lebih murah lagi.
Padahal kalau ditelusuri, batik yang selama ini disebut batik printing sebenarnya hanya tekstil bermotif batik. Yang benar-benar batik asli Indonesia adalah kain batik yang proses pembuatannya menggunakan malam/lilin, bukan mesin print.
“Saya merasa sedih. Proses pembuatan batik tulis tidak mudah. Seharusnya batik tidak dihargai hanya sebatas kain bermotif saja, tetapi merupakan hasil karya seni dari para perajin yang proses pembuatannya cukup rumit, terlebih menggambarkan motif batiknya dengan canting,” ungkap dara kelahiran Trenggalek, 2 Mei 1994 ini kepada Peluang (Rabu, 29/8/2018).
Kebetulan Berdit juga sudah merintis usaha online sejak 2012 dengan nama GABUCU, lalu pada 2015 dia baru memulai produksi dengan brand Alabela ID.
Berdit mengembangkan bisnis fashion berbasis kain etnis. Bersamaan dengan trend fashion hijab yang saat itu (2015) sedang naik daun, muncullah ide membuat hijab batik yang kemudian juga mengembangkan dengan kain etnis lain seperti kain lurik dan tenun ikat.
“Awalnya produksi lebih sering merugi. Tetapi tujuan awal produksi Hijab Batik AlabelaID ini bukan semata-mata hanya profit, tetapi ingin membuat produk bernilai jual tinggi dengan bahan batik. Agar nantinya para perajin batik tidak menelan pilu atas kurang apresiasi masyarakat terhadap kain batik tulis,” ucap Raki Persahabatan Jawa Timur 2017 ini.
Bisnis hijab batik rancangannya akhirnya berkembang. Peminat dan pelanggannya sudah mulai banyak. Berdit kemudian menguatkan brand Hijab Batik dan Lurik AlabelaID. Dia juga ikut beberapa kegiatan pameran, seperti Bangkit EXPO, pameran batik dan umkm di Grand City Surabaya, dan lain-lain.
“Alhamdulillah ada beberapa orang Indonesia yang kerja di Hongkong dan Singapura, tahu informasi tentang Hijab Batik DAN Lurik ini di media sosial lalu tertarik membeli. Kebanyakan pelanggan suka by request, kita buka PO. Untuk ready stock kita hanya punya stock rata-rata 20-30 hijab saja. Tapi kebanyakan pelanggan lebih suka PO karena bisa memilih warna, batik dan lurik (berdasar stok yang tersedia) dan model hijabnya. Jadi mereka bisa menyesuaikan dengan kesukaan dan pakaian untuk mix and matchnya,” papar Juara 2 Putri Auleea 2017 ini.
Ke depannya, Berdit berniat hijab batik ini tidak hanya ingin memberdayakan para perajin batik tulis saja, tetapi lebih banyak orang yang bisa diberdayakan.
Dia mencontohkan anak-anak disabilitas di Kabupaten Trenggalek, mampu membuat jenis batik ciprat dan ada beberapa dari mereka yang memiliki keterampilan menjahit. Jenis batik ciprat itu akan digunakan sebagai bahan hijab batik.
Produk Berdit Zanzabela-Foto: dokumentasi pribadi.“Saya ingin bisa membantu banyak orang dan juga mengajak orang-orang di sekitar saya untuk mendukung campaign Care Share melalui produk AlabelaID yang meliputi 3 hal : mencintai, peduli dan berbagi. Yaitu mencintai kain etnis Indonesia (batik, lurik, dan sebagainya) sebagai bagian budaya khas Indonesia, ikut peduli dengan memakai kain etnis asli (bukan printing) dan turut berbagi dengan saudara yang membutuhkan (charity),” pungkas perempuan yang pernah menjadi host TV lokal ini (Irvan Sjafari).