PURBALINGGA—Tahun Baru 2021 memberikan semangat baru bagi Basuki Rahmat, pemilik Lele Sehati Toyareja. Jerih payahnya sejak dua tahun lalu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, di antaranya menjadi binaan InnnoCircle Initiative, sebuah inkubator usaha rintisan berbasis di Purwokerto hingga Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
Usaha agribisnis berbasis di Desa Toyareja, Kabupaten Purbalingga ini mampu menjual 50 hingga 200 kilogram lele konsumsi, dengan omzet Rp20-40 juta per bulan.
“Kami mempunyai target bisa menjualkan satu ton lele konsumsi per haridengan cara bermitra dengan kelompok ternak lele yang sudah sadar akan lele sehat,” ujar Basuki kepada Peluang, Sabtu (23/1/21).
Disebut Sehati, merupakan singkatan dari Sehat, Hygienis, tidak amis dan tinggal sreng menjadi karakter budi daya lelenya. Kampung lele ini diperkuat pasukan agen dan reseller baik dairng maupun sebanyak 43 orang dan akan terus kami kembangkan.
Selain itu Basuki dan timnya berhasil mengembangkan EduAgroWisata. Sebelum pandemi Covid-19 berhasil mendatangkan 1700 pengunjung dalam 3 bulan sebelum pandemi dengan sarana dan prasarana wisata masih amat sangat sederhana dan masih apa adanya.
Menurut Basuki Lele Sehati Toyareja dibangun pada Juli 2018 dimulai oleh 3 orang. Ide budi daya lele dengan sistem bioflok yang dibawa oleh Basuki dan tim-nya telah berhasil memikat hati investor.
Budi daya bioflok dipilih Basuki dan timnya karena penggunaan lahan lebih efisien dan dapat menghasilkan ikan lele yang tidak berbau amis serta menghasilkan cita rasa lele yang lebih gurih dan jauh dari bau tanah.
Seperti cerita-cerita heroik pengusaha umumnya, Basuki juga menemui berbagai rintangan. Mereka terpaksa pindah dari lokasi pertama di Desa Babakan karena warga sekitarnya kolam tidak menyukai aktivitas budi daya lele. Salah satu anggota tim dari Basuki memilih mengundurkan diri dan berhenti ketika kondisi usahanya diambang kebingungan.
Basuki menemukan tempat baru, yang kini ditempatinya Desa Toyareja, Kabupaten Purbalingga dan nama Toyareja itu yang dipakai Basuki untuk mengenalkan produk budi dayanya hingga saat ini.
“Kami juga sudah 2 kali dipercaya mengadakan pelatihan yaitu pelatihan budidaya lele bioflok kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Purbalingga dan pelatihan budidaya lele dalam ember kerja sama dengan Kampung KB dan Unperba (Universitas Perwira Purbalingga),” terang sarjana pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman ini.
Ke depan pria kelahiran Purbalingga, 3 Oktobeer 1981 ini menjadikan kawaannya sebagai pusat grosir dan eceran lele bioflok sehat dan sebagai kegiatan utama dengan memanfaatkan pekarangan rumah penduduk Desa Toyareja dan desa lainnya yang bisa dikloning menjadi kampung lele seperti di Desa Toyareja.
“Kami berencana membangun home industry untuk food prossesing berupa lele olahan, lele asap, lele frozen dan lele kaleng juga home kitchen untuk mengolah lele menjadi lele goreng, lele krispi,” tutup Basuki (Van).