Iedul fitri tahun ini adalah iedul fitri kedua sejak pandemic covid 19 tahun lalu. Data mencatat, sampai 11 mei 2021 sudah 1,723,596 orang terpapar positif, dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 47,465 orang (2,8%). Meskipun terjadi penurunan sejak januari 2021, namun angka kasus baru perhari masih tinggi, yaitu di angka 5,021 kasus dari 14,518 kasus per 30 januari 2021. Belajar dari kasus ini, marilah kita terus menjaga protocol kesehatan dengan tetap menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
Sebagai respons terhadap korban Covid 19 baik secara kesehatan maupun secara ekonomi khususnya, dan membantu yang memerlukan pada umumnya, Badan Wakaf Indonesia (BWI) meluncurkan program wakaf melalui uang dengan alamat berkahwakaf.id. “Berkahwakaf.id adalah situs galang dana wakaf secara online yang dikelola oleh Badan Wakaf Indonesia untuk berbagai proyek wakaf produktif nasional dan internasional.”.
Program wakaf di berkahwakaf.id antara lain: (a) wakaf pembangunan rumah sakit mata seluruh Indonesia (b). Wakaf produktif untuk program kemaslahatan ummat; (c) Wakaf beasiswa 1000 bidan dan dokter SPOG muslimah; (d) wakaf mobil klinik mata untuk dhuafa; (e ) wakaf renovasi masjid tak layak, (f) gerakan nasional wakaf uang ; (g) wakaf produktif peduli ulama pedalaman; (h ) lanjutkan hidup mereka dan (i ) darurat ventilator.
Mengapa mesti berwakaf?
Karena wakaf adalah tabungan/investasi dunia yang hasilnya dipetik di keabadian (akherat). Untuk hari tua saja, orang menabung. Ada yang menabung di bank syariah, ada yang beli asuransi syariah, ada yang menabung emas, saham, dan lain lain. Pantaskah untuk kehidupan yang maha abadi di akherat tidak menabung?
Suatu ketika sahabat anshar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, ayyul mu’miniina Afdhal? Wahai Rasulullah, orang mukmin apakah yang paling utama?” Maka Rasulullah Menjawab: “ahsanuhum Khuluqo, Orang yang paling baik akhlaqnya”. Lalu sahabat anshar itu bertanya lagi, “ayyul mu’miniina akyas? Mukmin manakah yang paling cerdas?” Rasul menjawab: “Qola, aktsaruhum lil mauti dzikro, orang yang paling banyak mengingat kematian”. Karena kematian itu pasti datang. Suka tidak suka, mau tidak mau, siap tidak siap, kematian pasti datang menjemput kita. Kemanapun kita lari dan pergi, dia akan menghampiri. Lalu, Rasulullah tidak berhenti sampai disitu, Rasulullah katakan : “Wa ahsanuhum lima ba’dahu isti’daadan, DAN yang terbaik dalam mempersiapkan kematian itu sendiri”. Kalau ada kata sambung DAN, maknanya, kedua pernyataan sebelum dan sesudah DAN, harus terjadi. Dengan kata lain, percuma banyak-banyak ingat kematian, jika tidak dipersiapkan. “Ulaaikal Akyas, Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas”. Rasulullah menutup haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Kenapa Rasulullah mengatakan orang yang mempersiapkan kematiannya, orang cerdas? Mari kita lihat surat Al An’am ayat 32 yang artinya: “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akherat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah Kamu mengerti ?”
Ujung ayat diatas sangat menarik, karena Allah menantang kita untuk menggunakan akal kita. Dengan kata lain, Allah ingin menegur kita kenapa tidak menggunakan akal untuk memahami kehidupan dunia ini? Apakah tidak menggunakan logika yang Allah berikan kepadamu?
Ilmu logika yang paling modern adalah ilmu matematika. Ibn khaldun mengatakan di dalam kitabnya Muqaddimah, Ilmu matematika adalah ilmu alat yang harus dipakai untuk memahami Al-qur’an.
Mari kita gunakan ilmu matematika untuk menjawab, mengapa akherat itu lebih baik daripada dunia. Sekarang, kita hitung umur kita di dunia. Rasulullah mengatakan dalam hadits riwayat Tirmidzi yang artinya: “umur ummatku antara 60 sampai 70 tahun, jarang yang melebihi itu”. Angap kita ambil angka tertinggi, 70 tahun.
Lalu, umur di akherat berapa lama? Jawabannya, abadi atau tak terhingga. Tak terhingga ini dalam matematika disebut epsilon (∞).
70 tahun hidup di dunia, dibagi dengan tak hingga hidup di akherat, hasilnya berapa? Aljabar sederhana tidak bisa menjawab ini. Ini hanya bisa dijawab dengan konsep limit dalam kalkulus. Lim xà∞, 70/x = 0. Maknanya, kehidupan dunia ini, dibandingkan dengan kehidupan akherat, mendekati nol. Hampir nol, yang bermakna tidak ada artinya.
Untuk kehidupan dunia yang 70 tahun saja, kita berusaha betul mempersiapkannya. Kita menabung untuk hari tua. Kita siapkan diri dengan bekal ilmu, hanya untuk kehidupan yang 70 tahun. Bagaimana untuk hidup yang abadi? Bagaimana untuk hidup yang tidak ada ujungnya? Mana persiapan kita? Maka, ketika Rasulullah mengatakan orang yang cerdas adalah orang yang banyak ingat kematian dan mempersiapkannya dengan baik, itulah jawaban apa yang harus kita siapkan.
Dalam hadits yang lain, hadits riwayat Muslim, Rasululah bersabda yang artinya: “Ketika anak Adam meninggal dunia, terputuslah semua amalnya kecuali 3 hal: Sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh”. Sehingga, orang cerdas pasti berwakaf untuk mempersiapkan kematiannya.
Apakah sahabat Rasulullah semuanya berwakaf? Jawabnya: Ya. Di dalam kitab Al mughni karangan Ibnul Qudama disebutkan : “Ma baqiya ahadun min ashabi Rasulullah Shallallhu Alaihi Wasaallama lahu miqdarotun illa waqafa waqfan”artinya; tidak satupun sahabat yang memiliki kemampuan, kecuali dia berwakaf.
Dalam ilmu matematika ada kaidah silogisme. Jika A maka B, jika B maka C. Jika C maka D. Kesimpulannya adalah: jika A maka D.
Perhatikan premis-premis yang ada:
Premis 1: Orang cerdas adalah orang yang selalu ingat pada kematian.
Premis 2: Orang yang selalu ingat kematian pasti mempersiapkan kematian itu sendiri.
Premis 3: Orang yang mempersiapkan kematian, pasti berwakaf.
Dengan menggunakan kaidah silogisme, maka :
Konklusi: Orang cerdas pasti berwakaf.
Wakaf kita pasti Diganti
Mungkin kita tidak menyadari bahwa wakaf yang kita berikan, pasti diganti oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Saba ayat 39 yang Artinya: Katakanlah, sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba hamba-Nya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang baik.
Ujung ayat diatas sangat menarik, karena Allah pasti mengganti apa saja yang kita wakafkan. Pertanyaannya, apakah gantinya itu harus rupiah? Ternyata tidak! Gantinya, bisa jadi anak-anak yang cerdas. Gantinya bisa jadi hati yang tentram dalam menjalani kehidupan. Gantinya bisa jadi, setiap ada masalah, Allah berikan jalan keluar. Gantinya, keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah. Gantinya, teman teman yang soleh dan solehah. Gantinya, lingkungan yang baik. Gantinya, umur ideologis yang panjang, dan lain-lain.
Apakah tidak ada ganti yang sifatnya kuantitatif? Ada! Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 261 yang artinya:Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada serratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.
Ayat Al Baqarah ayat 261 menyatakan bahwa Allah akan mengganti 700 kali lipat dari apa yang kita wakafkan. Orang beriman sangat percaya dengan ayat Al-qur’an ini. Karena percaya kepada Al-qur’an merupakan salah satu rukun Iman. Oleh karena itu, penulis mengajak pribadi dan juga pembaca sekalian, Marilah kita berwakaf untuk memperpanjang umur ideologis kita, sebelum kematian biologis datang menjemput kita. Mari kita rayakan lebaran tahun ini dengan cerdas, yaitu berwakaf. Lebaran cerdas dengan berwakaf.
Merayakan Lebaran
Lebaran tahun ini selain covid yang masih membayangi, juga nestapa Palestina yang membersamai. Disaat ummat Islam di seluruh dunia merayakan iedul fitri, negeri para nabi itu dibombardir tak kenal henti. Alih alih untuk kumpul keluarga di hari yang fitri, untuk menyelamatkan diripun mereka susahnya setengah mati. Penulis membayangkan, anak anak yang kehilangan masa kecil. Anak anak yang ketakutan karena tanahnya yang kecil dipenuhi desing peluru dan Meriam. Anak anak yang berlarian kesana kemari mendengar dentuman. Anak anak yang protes dengan mengatakan: “atouna Tufuuli”.
Melihat semua itu, sangat logis rasanya jika lebaran tahun ini dirayakan dengan cerdas. Tidak ada kunjungan wisata. Tidak ada pergi keluar kota. Ayo sisihkan anggaran wisata dan keluar kota untuk wakaf di berkahwakaf.id dan sedekah untuk Palestina.