POLEWALI MANDAR—Komunitas Laut Biru, yang terdiri dari anak-anak muda dari Provinsi Sulawesi Barat punya cara memadukan lingkungan hidup dan pemberdayaan ekonomi pesisir. Salah satu jurusnya adalah melestarikan mangrove dan menjadi kawasan ini sebagai tempat budi daya kepiting.
Ketua Laut Biru Sulbar Putra Ardiansyah mengatakan mangrove lestari, maka ikan pun akan berlimpah. Sejak berdirinya pada 2015 anak-anak muda di Desa Lapeo, Kabupaten Polewali Mandar sudah menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan pantai, mulai dari pembersihan sampah, melakukan edukasi pada masyarakat terkait lingkungan hingga event seperti festival bahari.
“Kami menjaga kelestarian dan bisa dimanfaatkan masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatannya,” ujar Putra Ardiansyah pada sharing session Sicurita yang di Bopan House Pantai Lapeo, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sabtu, 20 November 2021.
Laut Biru membuat sistem pertambakan (silvofishery) teknologi tradisional yang menggabungkan usaha perikanan dengan penanaman tembakau dengan Wana Mina Laut Biru.
Putra berharap lewat kegiatan edukasi petani tambak dan masyarakat pesisir mengadopsinya dan mempunyai bakau yang fungsi ekonomis di wilayahnya.
Sementara, Guru Besar Budidaya Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, Muhammad Yusri Karim menyarankan agar anggota Komunitas Laut Biru dan petani tambak bisa langsung mencoba budi daya kepiting bakau.
Menurut dia, potensi pengembangan silvofishery Sulbar sangat besar, meski luas areal mangrove di daerah itu terus mengalami degradasi dari tahun ke tahun.
“Luasan mangrove yang masih tersisa tersebut masih cukup besar potensinya untuk pengembangan silvofishery,” kata Yusri yang juga salah seorang ahli silvofishery.