BEKASI-–Perkarangan rumah kecil tidak menjadi hambatan untuk menjadi wirausaha. Zainul Arifin, warga Jalan Lumbu Timur, Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi membuktikan hal itu.
Pria yang kini berusia 48 tahun ini merintis usaha lobster air tawar jenis red claw sejak 2003. Dia mengaku kepincut budi daya lobster air tawar karena menghadiri penyuluhan dari kelurahannya tentang perikanan dan peternakan .
“Inspirasinya karena penasaran dan sudah kadung dengar nama lobster air tawar. Selain itu juga didorong kecewa juga dengan farm yang sudah ada pada saat itu yang sangat pelit dgn ilmu pembudidayaan lobster ini,” ujar Zainul ketika dihubungi Peluang lewat whatsapp, Senin (20/12/21).
Zainul belajar membudidayakan lobster air tawar secara otodidak. Ia mencari informasi dengan membaca buku panduan budi daya lobster air tawar yang dipajang di sebuah toko buku.
Dengan modal Rp400 ribu, Zainul bertekad menekuni agribisnis ini. Dia membeli indukan di kios ikan hias di Bekasi. Dia menggunakan bekas aquarium ikan laut berukuran 130 x 50 cm x 50 cm kemuidan kolam dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter.
Pria yang juga berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah sekolah swasta ini memetik panen produksi pertama 500 ekor dari 5 indukan betina. Produksi pertamanya dipasarkan pertama kali ke toko ikan hias yang ada di daerahnya.
Dia menjual bibit ukuran 2 inchi dengan brand usahanya Latz Indonesia. Lat adalah singkatan lobster air tawar.
“Saya tidak jual kiloan tapi saya hanya jual bibit dan indukan kalau ada permintaan. Pemasarannya ke restoran dan perkantoran. Penjualan hanya wilayah Jabodetabek dan Jawa tengah,” imbuhnya.
Untuk kebutuhan konsumsi, dia menjual lobsternya dengan harga Rp185.000 per kilogram. Kalau untuk bibit lobster dijualnya Rp3.500 per ekor ukuran 2 inci. Sementara untuk set indukan dijualnya Rp350.000.
Promosi produk lobster air tawar, lanjut Zainul, dilakukan melalui media sosial. Setiap konsumen yang membeli produk bibit atau induk, dia selalu memberikan sosialisasi dan pembelajaran terkait cara-cara budi daya dan perawatan lobster air tawar.
Zainul mengaku saat ini menghadapi kendala terbentur waktu karena sebagai seorang guru yang mulai aktif kembali mengajar secara tatap muka.
Padahal selama pandemi permintaan lobster air tawar meningkat. LATZ Indonesia, demikian nama brandnya ekaligus komunitas budi daya lobster air tawar yang Ia dirikan, kini cukup banyak dikenal oleh berbagai kalangan.
Dikatakannya, hasil dari budi daya lobster air tawar nilainya jauh melebihi gajinya. Lobster ini punya potensi dan peluang yang besar untuk dijadikan sebuah bisnis baik skala besar maupun skala rumahan (Irvan).