LAMAC adalah sebuah barangay (daerah administratif terkecil di Filipina setara kelurahan), yang letaknya terpencil di Provinsi Cebu, berpenduduk 9.458 jiwa (menurut sensus pada 2015).
Sekalipun daerah terpencil, sejarah mencatat semangat gotong-royong para petani mengumpulkan beberapa ribu peso untuk mendirikan sebuah koperasi serba guna. Awalnya secara sederhana pada 1973 di Kota Pinamungahan, 34 kilometer dari Cebu City dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Dengan berkoperasi, para petani ini tak punya tujuan materi yang terlalu muluk, mereka hanya ingin keluarga mereka tidak lapar lagi. Pada waktu itu kehidupan petani di pedalaman sulit, miskin, tanpa air minum yang layak, tanpa listrik, tanpa jalan memadai. Bagi petani yang bisa makan tiga kali sehari sudah merupakan kemewahan. Dengan membawa hasil buminya di punggung mereka, menyusuri jalan-jalan yang kasar lagi curam menuju kota terdekat untuk menjual hasil panen mereka. Hasilnya pun sangat tidak memadai, sekadar memberi makan mereka dan keluarga. Itu adalah kehidupan dari tangan ke mulut.
Kesulitan ini mendorong 70 orang penyewa dan pemilik pertanian kecil untuk bergabung di tahun yang sama dan berkolaborasi satu sama lain tentang cara meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Selain berharap dapat memberi makan keluarga mereka tiga kali sehari, mereka juga ingin memenuhi kebutuhan dasar lainnya seperti pakaian dan perumahan yang layak serta menyekolahkan anak-anak mereka.
Setelah menghadiri orientasi pemerintah tentang esensi pembentukan koperasi petani, mereka yakin bahwa jalan menuju kehidupan yang lebih baik terletak pada saling membantu. Masingmasing dari 70 petani skala kecil itu kemudian menyumbangkan 50 peso sebagai modal awal untuk organisasi baru mereka yang mereka sebut Koperasi Konsumen Lamac Samahang Nayon.
Dengan modal awal 3.500 peso, anggota koperasi berkelana ke toko konsumen untuk memasarkan hasil pertanian mereka. Anggota masyarakat melindungi toko mereka sendiri dan penduduk di sekitarnya mulai mengaksesnya. Layanan konsumen dan pemasaran adalah fokus mereka dan toko menghasilkan keuntungan, sementara keanggotaan tumbuh signifikan setiap tahun.
Dengan tekad dan iman di dada, para petani rela menempuh perjalanan dari pasar toko ke konsumen melewati jalur gunung curam karena tidak adanya jalur jalan yang jelas. Bagi pemerintah daerah sendiri pembukaan jalan bukanlah prioritas utama, selain butuh anggaran yang cukup besar, nilai tambahnya secara ekonomi dianggap kurang memadai. Lantaran itu, dengan semangat kerelawanan masyarakat, para petani anggota bersama-sama bekerja keras membuat jalan transportasi yang mudah untuk membawa hasil panennya menuju pasar mereka. Akses jalan yang vital itu akhirnya dapat terujud setelah 11 tahun para petani berswadaya membangun jalan.
Ketika listrik pedesaan datang pada 1985, mereka menghela napas lega. Layanan air tersedia hanya pada 1998, setelah lebih dari 10 tahun dan di antaranya, penduduk harus berjuang sendiri mendapatkan air alami dari mata air dingin di daerah tersebut.
GANTI NAMA
Pada 1992, koperasi tersebut mengalami perubahan besar di bawah manajemen baru yang disebut BLOMES atau Barangay Lamac Officers dan Management Effective System Incorporated. Bersamaan dengan itu juga ada perubahan nama, yang saat ini dikenal luas sebagai Koperasi Multiguna Lamac. Pada tahun yang sama, organisasi ini terdaftar di Cebu Development Authority (CDA) dan menjadi koperasi serba guna penuh pada 13 Maret 1992.
Pada saat itu, semua anggota menjalani seminar penyegaran dasar yang disediakan oleh CDA-7 dan menanamkan dalam setiap roh bayanihan bahwa masing-masing adalah pemilik. Anggota diajari bahwa masing-masing memiliki tanggung jawab untuk membuat organisasi menjadi lebih baik yang ditandai dengan fungsi pelayanan dan manfaat yang terus meningkat.
Dikelola secara profesional dan transparan dalam transaksi yang terbuka untuk dicermati, koperasi berkinerja lebih baik dan menuai laba yang sehat ketika mereka perlahan-lahan memulai usaha bisnis lainnya.
Dari rata-rata toko serba guna, Lamac berkelana ke produk makanan seperti minuman susu carabao segar dari carabaos sendiri, kue singkong dan es krim menggunakan susu carabao murni, ikan sarden menggunakan air kelapa dengan saus tomat dan susu carabao. Ini juga masuk ke pertanian organik yang memproduksi varietas sayuran seperti selada, terong, daun bawang, kacang dan labu.
Bahkan mereka juga punya bisnis layanan pencetakan T-shirt, dan asrama yang dikelola oleh anggota pemuda mereka. Koperasi Lamac mempunyai bank sendiri, toko roti, dan Pool Wave Mountain Resort dan Gunung di Lamac.
Buah kerja keras Koperasi Lamac terbukti, dari aset berapa ribu peso menjadi 1,7 miliar peso atau lebih dari Rp1,2 triliun (hingga pertengahan 2019, jika 1 peso Rp735). Jumlah ini meningkat dibandingkan 2015 sebesar 1,2 miliar peso. Anggotanya pada 2015 sudah mencapai 57 ribu orang. Melalui hubungan kolaboratif dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah, lokal dan internasional, dan bisnis, antara lain, Lamac Multi Purpose Cooperative melaporkan bahwa 66% dari lebih dari 100.000 anggota pada 2018, masih merupakan petani dan nelayan yang hidupnya sudah memadai.
Mendatang, koperasi itu membuat rencana agar keluarga anggota memiliki tanah seluas 500 meter persegi, di mana 37 meter persegi akan menjadi ukuran rumah dan sisanya akan digunakan untuk kebun sayur, memerah susu carabao, dan ternak lainnya.
Ellen Limocon, general manager dari Lamac Multi-Purpose Cooperative memuji keberhasilan koperasi mereka untuk “semangat kesukarelaan, persatuan dan iman mereka kepada Tuhan.
“Kami selalu melihat ke belakang dan tidak pernah lupa dari mana kami berasal.” CINTA (berdiri untuk kesetiaan, kesatuan, keberanian, dan empati) adalah akronim dari nilai-nilai inti koperasi ini,” ujar dia. (Irvan)