LALU Muhammad Zohri menjadi juara dunia lari 100 meter putra U-20, setelah mengalahkan 7 pelari dari berbagai negara dengan catatan waktu 10,18 detik. Ia sprinter pertama Indonesia yang jadi juara dunia. Bertahun panjang ia merintis. Berlatih lari di pantai tanpa alas kaki karena tak memiliki sepatu, dan berjuang keras untuk bisa masuk Pelatnas. Zohri bisa mengikuti berbagai kejuaraan di luar negeri berkat dukungan pendanaan penuh Bob Hasan pribadi.
Selama 2017, atlet 18 tahun asal Lombok Utara ini telah mengumpulkan tujuh emas kejuaraan nasional. Tahun 2018 ia mengikuti Kejuaraan Atletik Junior Asia di Jepang, hasilnya medali Emas nomor lari 100 meter (10,27 detik). Pada kejuaraan Dunia Junior (U-20) di Finlandia, ia meraih emas 100 meter (10,18 detik). Untuk selebrasi, karena tak ada persiapan, ia dipinjami bendera oleh tim atletik Polandia, “Gunakan terbalik, akan terlihat seperti bendera negaramu.”
Hadiah pun berdatangan. Dari Hotman Paris Hutapea Rp100 juta; Sedekah Online Rp93,230 juta; Grup WA Sasambo Ikhtiar di Mataram Rp14,85 juta; Aksi Cepat Tanggap Jakarta Rp25 juta plus mini market dengan rerata penghasilan Rp10 juta/bulan; Seknas Jokowi NTB Rp10 juta; Kemenpora Rp250 juta; Gubernur NTB TGH Zainul Majdi Rp200 juta. Menteri PAN-RB, Asman Abnur, siap merekrut Zohri jadi PNS tanpa tes. Komandan Korem 162 Wirabhakti, Kolonel CZI Ahmad Rizal Ramdhani, menyilakan Zohri jadi anggota TNI AD otomatis.
Sekadar bandingan, catatan waktu Usain Bolt dari jamaika, manusia tercepat di muka bumi, adalah 9,74 detik, Mei 2008. Di ajang Olimpiade Beijing, dipertajam menjadi 9,69 detik. Pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 di Berlin, Bolt mencatat rekor 9,58 detik.●
