Ghana adalah sebuah negara di Afrika Barat dengan luas 238,535 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 31 juta jiwa. Sekalipun budi daya cokelat bukan produk asli negara ini, tetapi kakao merupakan produk ekspor dan tanaman komersial utama. Setelah Pantai Gading, Ghana adalah eksportir kakao terbesar kedua di dunia.
Sekalipun jauh di bawah Pantai Gading, produksi cokelat Ghana pada 2018/2019 berkisar 812 ribu ton dan meningkat menjadi 850 ribu ton pada 2019/2020, jauh di atas peringkat ketiga Ekuador sebesar 322 dan 325 ribu ton dan Indonesia berada di peringkat keenam 200 ribu ton dua tahun berturut-turut.
Yang menarik, sebagian besar produksi cokelat dilakukan oleh petani yang rata-rata memilii lahan kurang dari tiga hektare. Seperempat dari semua petani kakao menerima lebih dari setengah total pendapatan kakao. Begitu menggiurkannya komoditas kakao memberikan problem sosial, karena melibatkan dua juta pekerja anak di bawah umur.
Untuk melindung kepentingan petani, pada 1968 berdiri Serikat Petani Kuapa Kokoo yang berada di bawah Perhimpinan Koperasi Ghana. Pada 1993 sebagai reaksi program struktural Ghana yang dituding mengarah pada liberalisasi parsial perdagangan internal coklat, para petani di bawah pimpinan Nana Frimpong mendirikan Koperasi Kuapa Kokoo (Cooperativa Cocoa Farmer) dan Marketing Union Limeted atau disingkat KKFU. Lembaga yang mendapat dukungan dari LSM seperti TWIN, SNV, Christian Aid; didirikan untuk berpartisipasi dalam perdagangan internal kakao. Uapa Kokoo dalam bahasa lokal adalah pertanian coklat yang baik.
Pada waktu berdirinya koperasi ini hanya memiliki dua ribu anggota, kini lebih dari 100.000 anggota terdaftar yang sebagian besar adalah petani kakao skala kecil yang diorganisir oleh sekitar 1.300 komunitas di 57 Masyarakat (Distrik) utama di enam wilayah penanaman kakao.
KKFU memperoleh sertifikasi Fairtrade pada 1995, untuk memasok biji kakao yang diproduksi secara etis ke pasar bersertifikat. Ini menjadikan Kuapa Kokoo organisasi petani kecil bersertifikat-Fairtrade pertama di Afrika Barat. Selain itu, organisasi ini telah memperoleh status sertifikasi UTZ dan Rainforest Alliance yang memungkinkannya untuk menjual biji kakao bersertifikasi di bawah dua skema ini.
Pada Mei 2020, Samuel Adimado – Managing Director, Kuapa Kokoo Limited menyampaikan, kurangnya pengetahuan tentang manfaat menjaga pohon kakao telah mengakibatkan hilangnya ribuan hektare hutan tropis setiap tahun.
“Praktik ramah lingkungan menjadi prinsip utama Kuapa Kokoo dalam meningkatkan produksi cokelat,” ujarnya.
BEBAS PEKERJA ANAK
Samuel juga menuturkan, saat ini koperasi bukan saja membuat sistem pertanian yang berkelanjutan dan perlindungan lingkungan, tetapi juga menghindarkan penggunaan pekerja anak di bawah umur, hingga kesetaraan gender bagi pekerja.
Upaya untuk mendukung penghapusan pekerja anak dan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak sangat diprioritaskan dalam bisnis Kuapa Kokoo. Dengan unit khusus dan personel yang berkualifikasi tinggi, langkah-langkah praktis telah dilakukan untuk memastikan bahwa produksi coklat bebas pekerja anak
Koperasi ini dipercaya untuk memberdayakan petani, Juni 2020 ini Dewan Kakao Ghana (COCOBOD) melalui Divisi Kesehatan dan Penyuluhan Kakao (CHED) telah memberikan total 99.468 kantong pupuk Kakao untuk didistribusikan kepada 126 kelompok koperasi petani di distrik Wiawso dan Akontombra di Wilayah Barat Utara.
Selain berfungsi menjaga harga jual coklat, mengamankan kepentingan dan menjaga posisi tawar petani, koperasi juga mengembangkan bisnis dengan mendirikan pabrik coklat, Divine pada 1998. Koperasi juga membuat lahan perkebunan coklat berkelanjutan dengan menggunakan sistem kompos.
Di tahun pertama pendiriannya, Divine menyerap 920 ton coklat dari petani anggota koperasi. Hasil olah coklat yang dikerjakan Divine kemudian dijual ke negara Inggris senilai 6,6 miliar poundsterling, Amerika Serikat 8,4 miliar poundsterling dan Swedia 600 juta poundsterling.
Pada pertengahan 2020 ini sebuah perusahaan Jerman dari Grup Ludwig Weinrich, House, membeli saham Divine sebesar 75% atau jadi pemegang saham pengendali. Sementara Kuapa Kokoo, koperasi petani di Ghana yang merupakan pemegang saham pendiri, hanya memiliki 20% saham Divine, turun dari 40%.
Kuapa Kokoo dan Weinrich telah menyetujui “struktur kemitraan strategis” ke depan, di mana Kuapa Kokoo akan terus memiliki pengaruh di dewan sebesar 40%.
“Bekerja sama dengan petani telah memperkaya hidup saya dan mudah-mudahan kisah sukses para petani kakao dapat menginspirasi semua pihak ,” kata Kepala eksekutif perusahaan, Sophi Tranchell, yang pensiun pada Mei lalu setelah berkarya di Divine selama 21 tahun. Dia berharap masuknya Weinrich Cord Budde makin memberdayakan petani coklat dan pecinta coklat. Kehadiran perusahaan Jerman ini ditargetkan membantu operasi membangun sekolah dan mengembangkan bisnis coklat (Irvan).