hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

KSP Kopdit Pintu Air Membangun Mental Kewirausahaan Dari Pinggiran

Menggelar RAT dengan tema menciptakan usahawan baru melalui pemberdayaan nelayan, petani dan buruh, Koperasi Kredit Pintu Air bertekad mencetak investor lokal sebagai pemain ekonomi utama, bukan penonton. Koperasi ini siap menggulirkan pembiayaan hingga Rp 1,22 trilun.  

MEMBERI brand sendiri dengan julukan ‘koperasi orang kampung’, Yakobus Jano membuktikan label itu tak melulu bermakna gurem, kuno atau ketinggalan zaman.  Hal itu ia buktikan melalui keberhasilan membawa Koperasi Kredit Pintu Air menjadi koperasi besar skala nasional, peringkat tiga koperasi kredit (kopdit) kategori jumlah anggota.Ketika berdiri pada tahun 1995, Jano yang kala itu masih berstatus pegawai Bank BRI mengajak sebanyak 50 orang yang menurutnya berkategori miskin di desa Ladogahar, Kampung Rotat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di tengah keterbatasan modal,  sumber daya manusia yang mumpuni serta masih lemahnya pemahaman masyarakat terhadap bisnis koperasi, upaya Jano sungguh tak mudah namun ia kukuh dengan mimpi besarnya itu. “Pada tahun ke dua, anggota kopdit ini masih 50 orang, tahun ketiga (1997) naik jadi 75 orang, dan pada tahun 2000 hanya 198 orang. Asetnya hanya satu bangunan sederhana di atas tanah 21×30 meter. Sempat timbul keraguan apakah usaha ini memang sudah tepat atau saya yang salah pasar, apalagi kala itu cemooh kepada saya mulai merebak,” tutur Jano saat berbincang dengan Majalah PELUANG di sela RAT Kopdit Pintu Air ke XXII Tahun Buku 2017 Sabtu, (7/4/18) di Kupang, NTT.

Ibarat pepatah, “Terlanjur basah, ya mandi sekalian,” Jano pun memutuskan total mengelola koperasinya. Perlahan tapi pasti, ia mulai membangun fondasi Kopdit Pintu Air melalui program yang menarik minat masyarakat.  Di samping itu, ia juga terus menerus memperbaiki mutu manajemen dan konsistensi pelayanan. “Per Desember 2017 anggota kami sudah 173 ribu orang dan tahun ini kami targetkan  mencapai 250 ribu seiring dengan naiknya status Kopdit Pintu Air dari primer provinsi menjadi primer tingkat nasional,” kata Jano. Dengan kenaikan status itu, kopdit yang sudah memiliki 45 kantor cabang  dan 16 kantor pembantu di seantero NTT ini bakal leluasa mengembangkan usahanya. Tak hanya berkutat di NTT, tapi dapat merambah provinsi lainnya di pelosok Tanah Air. Status primer nasional diraih Kopdit Pintu Air  setelah membuka kantor cabang di NTB, Jawa Timur dan Sulsel.  Tahun 2019 Jano menargetkan pendirian Kopdit Pintu Air di kawasan Jabodetabek.

JANGAN SEMBARANG BINA

Saat melaporkan perkembangan Kopdit Pintu Air di depan Deputi Kelembagaan Kemenkop dan UKM Meliadi Sembiring, dengan tegas Jano meminta agar pemerintah jangan salah sasaran dalam melakukan pembinaan dan pelatihan bisnis kepada koperasi.

“ Karena salah sasaran dalam membina koperasi, hasilnya sia-sia. Uang sudah banyak mengalir tapi hasilnya selama ini bak jauh panggang dari api. Baiknya bantu saja koperasi yang terbukti sudah jalan dan punya anggota yang jelas,” ujarnya.

Sebagai contoh, Jano menunjuk banyaknya anggota Kopdit Pintu Air yang memiliki usaha bagus, namun kurang sentuhan modal dan akses pasar.  “Anggota kami umumnya petani kakao, kopi serta nelayan yang usahanya sangat produktif. Namun kami tidak punya sarana yang cukup untuk bagaimana mengembangkan pasar anggota  agar bisa dikenal secara nasional, dan itu adalah tugas pemerintah yang memang punya program Membangun Indonesia dari pinggiran,” sambung Jano lagi. Dia berharap program kewirausahaan yang sering  diadakan oleh pemerintah, dapat juga mengikutsertakan anggota Kopdit Pintu Air.

Di rentang dua dasa warsa perjalanan Kopdit ini, jano mengakui tak mudah mendapatkan anggota yang memiliki partisipasi tinggi  terhadap koperasi. Asumsinya masih tetap sumir, yakni lembaga sosial tempat orang mencari pinjaman uang. Tetapi ia memang pantang menyerah. Sejumlah anggota berhasil dibina menjadi pribadi yang unggul yang pembinaannya diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah melalui pelatihan kewirausahaan yang intensif.

Kendati berkantor pusat di sebuah ‘kampung’, Jano bilang koperasinya tidak bermental kampungan. Untuk itu selain membuka cabang ke berbagai daerah, ia juga terus mengembangkan sejumlah usaha anggota, di antaranya pembukaan mini market beberapa waktu lalu di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. “Saat ini kami tengah merencanakan pembelian kapal laut untuk mengangkut komoditi pertanian milik anggota dari Flores ke Surabaya,” kita tunggu saja semoga program ini bisa terlaksana,” tuturnya. Sesuai dengan tema RAT yang diusung,  Kopdit ini bertekad menjadikan anggotanya, yaitu para nelayan, petani, peternak dan buruh  sebagai usahawan baru sekaligus investor lokal untuk membangun Indonesia bermartabat sejahtera jasmani dan rohani.  (Irsyad Muchtar)

pasang iklan di sini