
Peluang News, Jakarta – Bank Indonesia menilai fungsi intermediasi perbankan di Indonesia masih cukup solid. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulab Maret 2025 menyimpulkan kredit perbankan tetap tinggi untuk mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pada Februari 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,30% secara year-on-year. Pertumbuhan itu didorong baik dari sisi penawaran maupun permintaan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan dana oihak ketiga (DPK) yang terus mencatatkan tren positif sejak 2025, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.
Hingga minggu kedua Maret 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM (kebijakan insentif likuiditas makroprodensial) sebesar Rp291,8 triliun, masing-masing kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp125,7 triliun, bank umum swasta nasional sebesar Rp132,8 triliun, BPD sebesar Rp27,9 triliun, dan kantor cabang bank asing sebesar Rp5,4 triliun.
“Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau,” ujarnya saat memberikan keterangan pers terkait Rapat Dewan Gubernur BI, pekan ini.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 14,62% (yoy), 7,66% (yoy), dan 10,31% (yoy).
Pada periode yang sama, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,15% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,51% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk mengoptimalkan kenaikan KLM dari paling besar 4% menjadi sampai dengan 5% dari DPK yang berlaku mulai 1 April 2025.
Perry menjelaskan peningkatan KLM sebesar 1% tersebut akan semakin mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.
RDG Bank Indonesia juga menyimpulkan ketahanan perbankan tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan. Likuiditas perbankan memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Februari 2025 yang tinggi sebesar 26,32%. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Januari 2025 tercatat tinggi sebesar 27,01%.
Sementara Kualitas kredit juga tetap sehat tecermin pada rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan pada Januari 2025 yang terjaga rendah, sebesar 2,18% (bruto) dan 0,79% (neto).
Secara keseluruhan, BI meyakini ketahanan perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko tecermin pada tetap baiknya hasil stress-test yang dilakukan Bank Indonesia, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga.