Hampir 70 tahun bertahan memberdayakan ekonomi para guru di seantero Pasuruan, Jawa Timur, KPRI PERGU kian eksis dengan berbagai rambahan usaha yang tidak hanya melulu andalkan simpan pinjam anggota . Ekspansi bisnis yang mendulang untung diantaranya SPBU yang tahun lalu kantongi omset Rp 79 miliar.
Koperasi Perekonomian Guru, demikian nama awal KPRI PERGU ketika didirilkan pertama kali pada 12 Maret 1950. Di rentang waktu yang tidak bisa dibilang singkat itu, koperasi para guru ini mampu menjaga kinerjanya sehingga tetap eksis hingga era ekonomi disruptif dewasa ini. Sukses koperasi pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Koperasi Kabupaten dan Kota Pasuruan, Jawa Timur ini banyak didukung oleh para anggota yang memang fanatik berkoperasi. Anggotanya saat ini tercatat sebanyak 6.800 orang yang dilayani melalui 115 kantor perwakilan yang tersebar di 28 kecamatan.
Dukungan anggota menjadi modal kuat bagi pengurus untuk merambah berbagai usaha lain yang dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi anggota. Seperti diungkapkan Sochip, Ketua KPRI PERGU, bahwa dengan hanya mengandalkan simpan pinjam saja, koperasi sudah bisa melayani anggota dengan baik. Terlebih partisipasi anggota dalam menyimpan cukup tinggi. Total simpanan anggota tahun buku 2016 lalu saja mencapai Rp 64,7 miliar dan penyaluran pinjaman sebesar Rp 70,9 miliar. “Unit Simpan Pinjam sudah cukup membuat koperasi ini jalan, tetapi kami ingin memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih baik kepada anggota dengan mencoba terobosan bisnis lain yang menguntungkan,” ujarnya saat berbincang dengan PELUANG di Rest Area Dwijo, Pasuruan, salah satu unit usaha KPRI PERGU. Didampingi Sekretaris KPRI PERGU Suwandi, Sochip menjelaskan sejumlah unit bisnis yang telah dikembangkan antara lain unit pertokoan, perumahan, dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Paling menguntungkan adalah SPBU yang tahun lalu membukukan omset hingga Rp 79 miliar dengan SHU bersih Rp 700 juta.
Berdampingan letaknya dengan Rest Area Dwijo, Unit SPBU merupakan bisnis yang dapat melayani anggota maupun non-anggota. Sedangkan pengelolaan dilakukan secara profesional guna menghindari kebocoran usaha. Sebelumnya, kata Sochip, unit usaha SPBU kurang menguntungkan karena selain dikelola setengah hati, para pegawai juga banyak melakukan kecurangan. Mereka bekerja sama dengan sopir tangki yang nakal mengurangi jumlah literan bensin. “Saya kemudian mengambil inisiatif untuk merubah pola manajemen di SPBU, pengisian bahan bakar dari truk tangki yang biasa malam hari, saya minta diganti dengan siang hari. Lalu, saya tugaskan salah seorang pengurus untuk serius mengawasi jalannya usaha. Hasilnya, unit SPBU kini mampu menyetor omset sekitar Rp 250 juta per hari,” tutur Sochip bangga.
Berbagai terobosan usaha yang dilakukan pengurus, lanjut Sochip merupakan amanah dari anggota. Semua rencana bisnis diputuskan dalam rapat anggota, sehingga hasil akhirnya, baik untung ataupun rugi merupakan keputusan bersama. Terobosan usaha lainnya yang kini tengah digarap adalah mengoperasikan sebuah Bank Perkreditan Rakyat. (Irm)