TANGERANG—-Pasangan suami istri , Abeng dan Tan Pin Nio, keduanya warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, menjadi pasangan beruntung saat menerima hibah Rumah Siap Huni (RSH) Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI).
Penyerahan RSH ke-100 yang berlangsung Selasa (21/8/18) di Desa Jatake, Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang itu, dihadiri Sekretaris Menteri Koperasi UKM Meliadi Sembiring, Pejabat Bupati Tangerang Kamarudin, Ketua Pengurus Kopsyah BMI Kamaruddin Batubara beserta anggota dan karyawan, Kepala Dinas Koperasi UKM Kabupaten Tangerang Banteng Indarto, pegiat koperasi yang tergabung dalam Asosiasi Manager Koperasi Indonesia (AMKI) serta muspida setempat.
Bersamaan dengan RSH ke 100 itu, BMI juga menyerahkan pembiayaan rumah tanpa uang muka ke 30 kepada Dewi (47), yang juga WNI keturunan Tionghoa.
Program RSH yang dikembangkan Kopsyah BMI, kata Pejabat Bupati Tangerang Kamarudin, sejalan dengan kebijakan Pemda yang memang tengah berupaya membangun ribuan rumah tidak layak huni yang tersebar di Kabupaten Tangerang.
Masalahnya, untuk menyelesaikan pembangunan rumah tidak layak huni itu, pihak Pemda mengalami kendala anggaran terbatas, sehingga dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Kopsyah BMI. Untuk itu, dia menawarkan pemanfaatan Unit Penggunaan Dana Bergulir (UPDB) Pemkab Tangerang yang diharapkan dapat menambah permodalan koperasi.
“Koperasi merupakan solusi dalam mendekati masyarakat yang tidak bisa mengakses permodalan terhadap lembaga keuangan formal, karenanya kami akan terus mendukung aktivitas Kopsyah BMI dan koperasi lainnya di Kabupaten Tangerang dalam memberdayakan ekonomi masyarakat,” tuturnya.
Senada dengan Komarudin, Sesmenkop UKM Meliadi Sembiring memberikan apresiasi tinggi kepada Kopsyah BMI yang telah mampu membuktikan peran sosial koperasi terhadap lingkungan sekitarnya. Program nyata untuk berbagi terhadap sesama itu, kata Meliadi, merupakan tren masa depan yang dikenal dengan istilah sociopreneur.
“Jadi pengusaha besar itu biasa, yang luar biasa adalah jika pengusaha itu bisa sukses bersama-sama dengan lingkungan atau masyarakat sekitarnya, dan Kopsyah BMI sudah memulai trend sociopreneur itu,” tuturnya.
Sukses Kopsyah BMI dalam pengadaan RSH bagi anggotanya, lanjut Meliadi, seyogyanya dapat ditularkan ke koperasi lainnya melalui pelatihan, pendidikan atau magang.
“Koperasi harus benar-benar siap menjadi partner pemerintah yang baik. Dan ini menjadi trigger untuk mempercepat program pembangunan dan menekan angka pengangguran,” ujarnya.
Hibah Non-Anggota
Penyerahan RSH ke-100 terasa istimewa, selain pertama kali diberikan kepada WNI keturunan dan non anggota, pembangunan rumah tersebut juga disumbang oleh para pegiat yang tergabung dalama AMKI dan masyarakat sekitar.
Kamaruddin mengatakan, target hibah RSH tahun ini mencapai 140 unit yang diserahkan kepada masyarakat tidak mampu baik anggota maupun non anggota, tanpa ada perbedaan suku, agama dan golongan.
“Koperasi itu menyejahterakan anggota pada khususnya dan non anggota pada umumnya. Jadi harus ada pemerataan ekonomi karena kalau pemerataan berjalan, Insyaallah tidak ada kesusahan, seperti rumah gratis dan rumah tanpa DP ini,” tuturnya.
Selain membantu kegiatan ekonomi anggota, lanjut Kamaruddin, Kopsyah BMI juga sangat aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Untuk kegiatan kesehatan, koperasi ini mengadakan program sanitasi dan untuk pendidikan diberikan gratis kepada anak-anak anggota sampai perguruan tinggi bagi 50 anak yatim yang lulus seleksi. Kamaruddin berharap, pemerintah dapat memberi ruang gerak yang lebih luas bagi usaha koperasi.
“Jika kaum kapitalis bisa membangun banyak usaha, mulai dari retail, pertambangan hingga perhotelan, seyogyanya koperasi juga diberikan hak yang sama,” tukasnya.
Suasana penyerahan-Foto: Dokumentasi peluang.Dia berharap dalam UU koperasi yang tengah dibahas, dapat memberikan penegasan terhadap keberadaan koperasi serba usaha atau multi-purpose. Apalagi, masih kata Kamaruddin, dalam waktu dekat Kopsyah BMI mengembangkan usahanya dengan mendirikan koperasi konsumen dengan prinsip kekeluargaan dan gotong royong.
“Dengan 138 ribu anggota, kalau kita kumpulkan saja Rp100 ribu per orang maka totalnya sudah Rp138 miliar, dan ini cukup untuk membeli 1 hotel. Atau 138 ribu anggota kita membeli beras masing-masing 1 liter saja, maka sudah berapa ribu ton beras yang harus disediakan? Banyak yang harus kita persiapkan, mulai petani dan pembukaan lahan yang luas,” tandas Kamaruddin. (Irm)