octa vaganza

KOPINDOSAT DITANTANG LAWAN MITOS BURUK KOPERASI

RAT XXXVII KOPINDOSAT

Dapatkah bisnis Koperasi Pegawai PT Indosat (Kopindosat) bisa lebih besar dari bisnis induk perusahaannya? Sepanjang mindset pengelola koperasi masih terjebak dengan mitos koperasi hanya usaha kecil, kelas pinggiran dan cuma pelengkap penderita dari perekonomian, maka mimpi itu mustahil terwujud. Naasnya, mitos tentang koperasi sebagai badan usaha serba lemah terus dipercaya oleh masyarakat dan bahkan dipertahankan oleh kalangan birokrasi sendiri.

Sambutan menggugah dan sekaligus menantang Kopindosat agar tumbuh menjadi entitas bisnis setara koperasi kelas dunia itu dilontarkan Ketua Dewan Penasehat Kopindosat Arief Musta’in. Dia mengemukakan hal itu saat memberi sambutan dalam RAT Kopindosat Selasa (6/4/2021) di Jakarta. RAT ke-37 tahun buku 2020 itu berlangsung hybrid, hanya mengundang sebagian perwakilan anggota secara off-line, dan anggota lainnya mengikuti secara virtual melalui link Zoom.

Menurut Arief yang juga Director & Chief Innovation & Regulatory Officer Indosat Ooredoo, sudah saatnya pelaku koperasi di Indonesia, khususnya Kopindosat melongok keluar (outward looking), bagaimana koperasi-koperasi di Eropa dan Amerika Serikat menjadi pelaku ekonomi paling disegani. “Agricole Cooperative yang berbasis koperasi pertanian di Prancis, tidak hanya sukses menyejahterakan anggotanya, tapi juga merupakan bank koperasi terbesar di Eropa,” ujar Arief. Di Indonesia, lanjut Arief, juga banyak terdapat koperasi skala besar, seperti CU Lantang Tipo di Sanggau Kalimantan Barat dan Kopsin Jasa di Pekalongan Jawa Tengah. Arief berharap, Kopindosat dapat mengejar sukses koperasi-koperasi besar tersebut karena punya sumber daya manusia yang profesional. “ Para pengelola Kopindosat juga adalah karyawan dan mantan karyawan PT Indosat. Artinya sudah berpengalaman mengelola usaha besar dengan aset puluhan triliun. Karenanya banyak alasan bagi Kopindosat untuk tumbuh menjadi koperasi besar dan terbaik di tanah air,” pungkas Arief.

TETAP CETAK LABA

Dalam laporannya, Ketua Kopindosat Wahono mengatakan kondisi eksternal perekonomian yang memburuk terdampak pandemi covid-19 menyebabkan sejumlah usaha Kopindosat menurun drastis. Sepanjang 2020 pendapatan usaha sebesar Rp182,3 miliar atau tumbuh minus 44,4 persen dibanding tahun 2019 sebesar Rp327,9 miliar. Pada periode yang sama, penurunan juga terjadi di sejumlah anak perusahaan seperti Retail Services yang hanya meraup Rp26,3 miliar, atau tumbuh minus 78,8 persen. Jastek & License kantongi pendapatan Rp102,1 miliar, tumbuh minus 6.9 persen dan General Trading yang tahun 2020 hanya meraup pendapatan Rp35,1 miliar, tumbuh minus 21,9 persen.

Kendati demikian, kata Wahono, meski mengalami penurunan usaha cukup tajam di tahun 2020, namun secara pengurus masih mampu mengendalikan jalannya usaha Kopindosat. Hal itu terlihat dari pencapaian Surplus Hasil Usaha sebesar Rp9,5 miliar atau turun 19,1 persen dibanding 2019 sebesar Rp11,7 miliar. Secara keseluruhan pengurus Kopindosat mampu mengendalikan biaya lebih efisien sehingga net margin lebih tinggi dari 3,6 persen di tahun 2019 menjadi 5.2 persen di tahun 2020. Selain meminta persetujuan program kerja Kopindosat tahun 2021, RAT ke-37 juga memilih pengurus baru untuk masa bakti 2021-2024. Anggota sepakat untuk kembali memilih Wahono (incumbent) untuk memimpin Kopindosat untuk tiga tahun mendatang didampingi Baden Saprudin, Sekretaris, dan Sigit Kunthahyo sebagai Bendahara. (Irm)

Exit mobile version