LEMBANG—Konservasi lingkungan dan bisnis bukan hal yang bertentangan, tetapi bisa dipadukan dan bermanfaat bagi umat manusia.
Seorang dokter hewan bernama Sugeng Pudjiono mempercayai hal itu ketika memutuskan membuka lahan di lereng Gunung Tangkubanparahu seluas 1200 hektare untuk menanam kebun kopi sekaligus menangkar luwak pada Januari 2012.
Awalnya ia hanya menangkar 10 ekor luwak. Setiap ekor ditempatkan di kandang yang luasnya 2x 4 meter. Sugeng melakukan pengamatan dengan jeli mulai dari habitat, pola makan, hingga siklus berahi. Dengan ketekunannya jumlah luwak yang ditangkar menjadi ratusan ekor.
Kawasan ini kemudian disulap menjadi tempat wisata alternatif, di mana wisatawan bisa menikmati kopi luwak racikan, bercengkerama dengan luwak, hingga menikmati panorama Lembang dengan udara yang segar.
Fasilitas ini dilengkapi ruang parkir yang bisa menampung tiga hingga empat buah bus, pas untuk rombongan wisatawan.
Gungun Gunawan (kiri) dan Felisia Puji (kanan)-Foto: Irvan Sjafari.Menurut cerita Felisia Puji, putri sulung dari Sugeng ketika ditemui Peluang dalam sebuah pameran di ICE, Serpong, Tangerang Selatan beberapa waktu lalu, pengunjung dapat memangku hingga menggendong luwak dengan aman, karena sudah jinak.
“Anak-anak menyukai aktivitas ini,” kata Felisia.
Pengunjung lanjut dia didampingi delapan guide untuk lima bahasa, yaitu Arab, Melayu, Belanda, Inggris dan Prancis.
BahasaMelayu ini adalah untuk wisatawan Malaysia yang memang banyak berkunjung ke tempat wisata ini.
Setiap hari sekitar 200 wisatawan mengunjungi tempat ini, dari semua segmen.
“Wisatawan juga disajikan tontonan bagi luwak mengunyah biji kopi hingga proses membuat kopi, penjemurannya, hingga
penggilingan kopi, sekaligus menikmati kopi di tempat,” tutur mahasiswi Universitas Parahyangan ini.
Pada kesempatan yang sama Gungun Gunawan, seorang staf dari Kopi luwak Cikole mendampingi Felia menceritakan, luwak hanya makan kopi dua kali seminggu. Jumlah biji kopi yang dikonsumsi seekor luwak tidak boleh lebih dari 25 ons per bulan.
“Proses jadinya biji kopi dari luwak ini membutuhkan waktu panjang, mulai dari proses mencuci biji kopi hingga digiling. Penjemurannya saja memakan waktu 10-14 hari dan kadar air harus berkisar 10-12 persen,” ucap dia.
Kandang luwak-Foto:Gungun Gunawan.Menurut Gungun lagi wisatawan bisa masuk masuk ke tempat penangkaran dan produksi Kopi Luwak Cikole gratis. Bagi yang ingin mengkonsumsi kopi, harga segelas kopi orisinal dibandroll Rp50 ribu dan untuk kopi memperkuat stamina Rp60 ribu per gelasnya.
Sementara menu lain Kopi Brown juga dibandroll Rp60 ribu per gelas (Irvan Sjafari).