octa vaganza

Koperasi Tani Jamur Banten Ingin Petani Punya Daya Tawar

SERANG—Sejumlah petani jamur tiram di Banten akhirnya sadar bahwa harga jamur tidak pernah stabil karena banyak ditentukan pengepul. Petani sulit mendapatkan harga yang pantas untuk jerih payahnya kalau tidak berbuat sesuatu.  Para petani itu sadar untuk mengumpulkan hasil panen di satu petani yang menjadi koordinator.

Pada 23 November 2018 sebanyak 21 petani dengan modal Rp21 juta mendirikan Koperasi Tani Jamur Banten.  Koperasi produsen ini bertujuan stabilisasi harga, pemenuhan bahan produksi hingga menjaga kualitas produksi.

“Setiap petani mampu memproduksi 300 hingga 400 kilogram jamur per hari. Target kami saat ini baru dari pasar local, karena permintaannya masih lebih besar dari panen para petani, ” ungkap Sekretaris Koperasi Tani Jamur Banten Aswin Yamani kepada Peluang, Selasa (14/5).

Pada 2019 ini jumlah anggotanya bertambah menjadi 26 orang. Sekalipun belum ada SHU yang dibagikan. Pada tahun pertama koperasi ini terus melakukan sosialisasi agar lebih banyak pertani yang bergabung. Total produksi petani yang tergaung dalam koperasi  masih jauh di bawah target 1,5 ton – 2 ton/hari.

”Ke depan kami ingin mayoritas petani jamur tiram di banten bergabung koperasi sehingga mayoritas harga bisa kami kendalikan. Kami menyediakan  bahan baku produksi yang lebih murah,” tutur Aswin lagi.

Aswin mengakui masih sulit menyadarkan petani tentang ruang lingkup koperasi.  Masih banyak  yang menjadikan budi daya ini masih berupa sampingan.  Hal ini  cukup mengganggu  hasil panen bagi serius karena harga akan tidak stabil.

Sentra jamur tiram untuk wilayah Banten itu berada di Kabupaten di mana  lebih banyak petani di sana dari pada wilayah lain. Wilayah ini juga jadi target sosialiasi.  

“Keseriusan petani bisa dongkrak perekonomian keluarga petani, di antaranya dengan bergabung di koperasi,” pungkas Aswin (Irvan Sjafari).

Exit mobile version