octa vaganza

Koperasi Tani Jamur Banten Butuh Modal untuk Hadapi Pandemi Corona

SERANG-—Koperasi Tani Jamur Banten merupakan salah satu koperasi produsen yang terimbas Corona.  Pada kondisi normal hingga Februari lalu, koperasi yang beranggotakan 44 orang ini mampu menghasilkan produksi 5 kuintal sekali panen.

Namun sejak Maret lalu,  para petani yang terhimpun dalam koperasi ini hanya mampu memproduksi 2 kuintal. Setiap petani saat normal mampu memproduksi 300 hingga 400 kilogram jamur per hari.  

Menurut Sekretaris Koperasi Tani Jamur Banten Aswin Yamani, koperasi yang tadinya menghimpun 44 petani kehilangan modalnya.

“Hal ini terjadi  karena penarikan simpanan anggota ke koperasi,  karena itu berpengaruh. Anggota aktif kini hanya 15 anggota, sisanya non aktif dan off.  Yang dilakukan sekarang hanya bertahan saja,” kata Aswin kepada Peluang, Sabtu (2/5/20). 

Lanjut dia, koperasi  sulit untuk memasarkan jamur, karena permintaan berkurang. Harga pun turun hingga 50 persen dengan kondisi sekarang.

“Media baglog  anggota banyak yang sudah afkir dan pada  pendanaan anggota banyak yang tidak mampu lagi produksi,” papar alumni sebuah sekolah tinggi ekonomi di Bandung ini.

Untuk itu bantuan modal dari lembaga pembiayaan memang diperlukan, sekaligus pendampingan. Dinas terkait di daerah, baru terbatas melakukan pendataan. Apalagi dana hibah untuk memang untuk menggerakkan kembali..

Sebetulnya jamur tiram justru mempunyai prospek pada musim pandemi Covid-19 ini. Uding (45), seorang perajin jamur tiram di wilayah Malabar, Lebak bersama 10 unit usaha yang sama kewalahan menghadapi permintaan pasar.

Permintaan pasar meningkat hingga satu ton per hari, padahal biasanya hanya 300 kilogram.  Sementara seorang perani hanya mampu memperoduksi 50 kilogram per hari dengan populasi 10 ribu baglog, dengan pendapatan Rp500 ribu.

Pendapatan sebesar itu tidak mencukupi petani untuk membayar upah pekerja plus menghidupi ekonomi keluarga.  Belum lagi harga benih naik, Rp2.500 per baglog.

“Usaha kami berjalan di tempat karena kami kekurangan modal,”  terang dia seperti dikutip dari Antara (Irvan Sjafari).

Exit mobile version