Didirikan bukan untuk berdiri di atas menara gading. Kopsyah BMI menjadi contoh lembaga yang memberi solusi untuk pemberdayaan usaha anggota dan pemerataan ekonomi.
KETIMPANGAN ekonomi masih menjadi pekerjaan rumah yang belum sepenuhnya dituntaskan. Hal itu berpangkal dari masih dikuasainya akses sumber-sumber produksi oleh segelintir elit. Berbagai program pengentasan kemiskinan pun belum cukup ampuh untuk mengamputasi ketimpangan struktural tersebut. Oleh karenanya, dibutuhkan terobosan agar kemakmuran dapat terdistribusi secara normal.
Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) menilai Koperasi sebagai lembaga ekonomi seharusnya dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan. Peran pemberdayaan usaha anggota dan keberpihakan kepada yang kurang mampu perlu terus ditingkatkan. “Koperasi hadir untuk menjawab permasalahan ekonomi sosial di tengah masyarakat,” ujar Kamaruddin.
Secara teoritis, keberpihakan pada yang kurang mampu merupakan salah satu ajaran dalam ekonomi syariah. Selain itu, ekonomi syariah menekankan fokus pada keuntungan dunia akhirat, tidak zalim, jujur, amanah, bersyukur, dan selalu merasa cukup (qonaah). Untuk merealisasikan ekonomi syariah, tiada lain melalui jalan taawun (gotong royong) dan kekeluargaan yang notabene merupakan asas koperasi.
Melalui Kopsyah BMI yang dipimpinnya, Kamaruddin terus berupaya membumikan ajaran-ajaran “langit” tersebut. Salah satu agenda strategis yang dilakukannya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan Musyarakah tanpa agunan untuk anggota yang berusaha di sektor komoditi cabai. Dalam skema pembiayaan tersebut, bagi hasil dan pengembalian pembiayaan dilakukan setiap panen. Sehingga, anggota petani tidak memiliki kewajiban untuk mencicil di luar panen. Untuk memitigasi risiko pembiayaan, Kopsyah BMI memiliki tim penyuluhan yang memberi supervisi kepada petani tersebut mulai dari manajemen pertanian sampai pemasaran produk.
Pemberdayaan di sektor pertanian merupakan upaya konkret Kopsyah BMI untuk melakukan pemerataan ekonomi. Dengan berhasilnya panen cabai diharapkan daya beli anggota ikut meningkat. Program ini sudah berjalan di beberapa tempat di Provinsi Banten yang menjadi wilayah kerja dari Kopsyah BMI.
Seperti diketahui, komoditi cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi. Dengan ikhtiar yang dilakukan Kopsyah BMI, setidaknya dari sisi pasokan akan tercukupi. Sehingga selain dapat membantu peningkatan ekonomi anggota, koperasi turut membantu Pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi.
MENJADI MODEL PEMBIAYAAN Kamaruddin menambahkan, selain memberdayakan usaha pertanian anggota, pihaknya punya program andalan lain yaitu pembiayaan air bersih dan sanitasi. Tercatat Kopsyah BMI merupakan pihak yang dipercaya oleh dunia internasional untuk membenahi sarana air bersih dan sanitasi di wilayah kerjanya. Hal itu dibuktikan dengan jalinan kerja sama dengan Water.org yang merupakan organisasi bantuan pembangunan nirlaba asal Amerika Serikat yang fokus pada peningkatan akses air bersih dan sanitasi di negara-negara berkembang. “Alhamdulilah, Kopsyah BMI menjadi referensi untuk skema pembiayaan air bersih dan sanitasi,” ujarnya.
Belum lama berselang, beberapa lembaga mikro finance dari India dan Bangladesh berkunjung ke Kopsyah BMI. Tujuannya untuk melihat dari dekat model pembiayaan air bersih dan sanitasi tersebut yang akan diduplikasi di negara mereka masing-masing. Kopsyah BMI pun sudah meluncurkan buku mengenai pembiayaan tersebut.
Sementara di sektor ritel, Kopsyah BMI telah mendirikan Koperasi Konsumen Benteng Mikro Indonesia (Kopmen BMI) yang bergerak di bidang material bangunan. Saat ini sudah ada 3 toko bangunan yang beroperasi yaitu di Cisoka, Cisauk, dan Pakuhaji, Provinsi Banten. Khusus untuk anggota yang berbelanja di toko tersebut akan mendapatkan potongan harga (diskon).
Pendirian Kopmen BMI selain untuk memenuhi captive market Kopsyah BMI juga untuk kebutuhan anggota. Seperti diketahui, Kopsyah BMI memiliki program sosial andalan yaitu hibah rumah layak huni, pembiayaan air dan sanitasi serta pembiayaan rumah tanpa DP kepada anggota atau non anggota yang memenuhi persyaratan. Dengan adanya toko material bangunan tersebut, semua kebutuhan bahan pembangunan rumah dapat dipenuhi. “Prinsip usaha toko bangunan ini dari anggota dan untuk anggota,” kata Kamaruddin, yang dinobatkan Pemerintah sebagai salah satu tokoh koperasi tingkat nasional.
Sampai pertengahan April 2019, Kopsyah BMI sudah membagikan rumah gratis sebanyak 155 unit. Dari jumlah tersebut, 48 unit untuk Non Anggota (dhuafa) yang sumber dananya berasal dari infaq anggota. Dari 155 rumah gratis tersebut, 3 rumah diperuntukkan bagi korban tsunami Banten akhir tahun lalu.
Kopsyah BMI tidak berpuas diri atas ikhtiar pemerataan ekonomi yang sudah dilakukan. Ada sejumlah agenda strategis yang sedang disiapkan diantaranya pembelian ratusan hektar lahan pertanian yang nantinya akan dikelola oleh anggota. Selain itu, sedang merencanakan pendirian rumah sakit gratis dan sekolah tahfiz quran. Oleh karenanya, dukungan dari masyarakat luas dibutuhkan dengan cara menjadi anggota Kopsyah BMI atau mewakafkan sebagian harta yang dimiliki. “Ayo Berkoperasi,” pungkasnya. (Kur)