hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Koperasi, SDG dan ESG

Tak terasa, kita sudah sampai di penghujung 2025. Ini adalah tahun yang penting bagi dunia koperasi karena sejak akhir 2024 PBB telah mencanangkan 2025 sebagai Tahun Koperasi Internasional.

Aliansi Koperasi Internasional (International Cooperative Alliance) juga telah mengumumkan ‘Koperasi Membangun Dunia yang Lebih Baik’ sebagai tema untuk Tahun Koperasi Internasional PBB 2025.

Setidaknya ada empat tujuan yang ingin dicapai dari pencanangan Tahun Koperasi Internasional. Pertama, Meningkatkan Kesadaran Publik. Tujuan ini ditetapkan untuk meningkatkan kontribusi koperasi terhadap pembangunan berkelanjutan. Kedua, Mendorong Pertumbuhan dan Pengembangan. Adalah penting untuk Memperkuat ekosistem kewirausahaan dan kelembagaan bagi koperasi. Ketiga, Mengadvokasi Kerangka Kerja yang Mendukung. Tujuan ini ditetapkan untuk mendorong terciptanya lingkungan hukum dan kebijakan yang kondusif bagi koperasi di seluruh dunia. Dan keempat, Menginspirasi Kepemimpinan. Ini untuk mendorong kepemimpinan yang berorientasi pada tujuan konkrit serta melibatkan generasi muda dalam gerakan koperasi.

Setahun berlalu, pejuang koperasi di berbagai belahan dunia bekerja lebih keras mendorong pertumbuhan usaha koperasi di tengah ekspansi korporasi yang belum tergoyahkan dan kemunculan berbagai bisnis baru di dunia digital yang dengan cepat menjelma dari start up menjadi unicorn.

Di banyak negara yang koperasinya sudah mempunyai fundamental dan sejarah panjang, kekuatan koperasi memang sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi, bahkan sukses menjadikan koperasi sebagai pemain bisnis utama, sebut saja di Jepang, Jerman, Prancis, Belanda dan berbagai negara lain, terutama di Eropa.

Tetapi, di Indonesia situasinya belum seoptimistik itu. Meskipun 2025 dicanangkan sebagai kelahiran koperasi desa, tetapi inisiasi pemerintah tersebut masih butuh waktu untuk pembuktiannya. Di luar itu, koperasi lainnya, di luar koperasi merah putih, termasuk koperasi skala besar, sampai saat ini masih berusaha sendiri-sendiri untuk membesarkan bisnisnya, tanpa ada Peta Jalan yang jelas dari pemerintah, mau dibawa kemana koperasi Indonesia.

 

Inisiatif di Tingkat Global

Di tingkat dunia, berbagai inisiatif dilakukan oleh pegiat koperasi dari berbagai negara untuk mendorong koperasi tumbuh lebih kuat lagi dan memberikan dampak konkrit bagi lebih banyak Masyarakat.

Sekitar 350 pegiat koperasi dari 24 negara di seluruh dunia belum lama ini menghadiri Global Innovation Coop Summit yang digelar di Torres Vedras, Portugal, untuk membahas bagaimana gerakan koperasi berinovasi dan merespons tantangan global.

Summit tersebut menghadirkan berbagai sesi pleno dan lokakarya yang diisi para pemimpin koperasi, akademisi, peneliti, hingga praktisi dari berbagai negara.

Menteri Luar Negeri Portugal Paulo Rangel membuka pertemuan tersebut dengan menyampaikan pidato kunci. “Meski bukan hal baru, koperasi adalah bentuk inovasi sosial yang paling canggih,” ujarnya melalui siaran pers yang dipublikasikan International Cooperative Alliance pekan ini.

Senada dengan itu, Presiden International Cooperative Alliance (ICA), Ariel Guarco mengatakan koperasi sebagai inovasi sosial terbesar di era modern dan menegaskan bahwa inovasi tersebut tetap sangat relevan saat ini.

Pertemuan tersebut menekankan bahwa koperasi harus beradaptasi dengan realitas ekonomi baru, namun tetap menjaga nilai-nilai dasar koperasi. Meski inovasi sering dikaitkan dengan dunia start-up, koperasi diyakini justru merupakan model terbaik untuk mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru karena mampu memperkuat posisi tawar anggota dan komunitas.

Di tingkat dunia, koperasi memang sudah bisa cukup membusungkan dada. Berdasarkan World Cooperative Monitor, pada 2023 saja sudah lebih dari 12% populasi dunia terlibat dalam 3 juta koperasi yang tersebar di seluruh dunia. Tiga ratus koperasi dan usaha mutual terbesar mencatat total perputaran usaha mencapai 2.409,41 miliar dolar AS,).

Koperasi, SDGs dan ESG

Di bawah tema “Cooperatives Build a Better World”, International Year of Cooperatives 2025 menampilkan bagaimana koperasi mendorong kemajuan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

PBB berharap koperasi dapat menjadi solusi penting untuk mengatasi berbagai tantangan global dan terus memainkan peran penting dalam mempercepat upaya untuk mengimplementasikan SDGs pada tahun 2030.

Resolusi Majelis Umum PBB tersebut mendorong semua Negara Anggota, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan pemangku kepentingan terkait untuk menggunakan momentum ini guna mempromosikan kontribusi koperasi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi.

Keberadaan Koperasi diharapkan dapat membantu mewujudkan dunia Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, Kehidupan Sehat dan Sejahtera, membangun Pendidikan Berkualitas, Kesetaraan Gender, dan 13 SDGs lainnya.

Ini memang menjadi tantangan di level berikutnya untuk membangun koperasi yang lebih tangguh lagi, tak terkecuali koperasi di Indonesia. Tapi, jangan lupa, selain tujuan Pembangunan berkelanjutan, koperasi di Indonesia masih punya PR lain yang harus segera diperbaiki implementasinya, PR tersebut adalah ESG. Bukan sekadar latah dengan tren ESG di dunia korporasi yang memang sudah menjadi mandatory, bagi koperasi, sangat penting untuk segera menerapkan ESG secara tepat, terutama aspek G (governance). Ini menjadi syarat utama untuk membangun koperasi yang resilience dan memberikan dampak optimal bagi Masyarakat. (drp)

Koperasi juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ketersediaan pekerjaan yang stabil dan berkualitas, dengan menyediakan lapangan kerja atau peluang kerja bagi 280 juta orang di seluruh dunia — setara 10% dari total pekerja global. (drp)

pasang iklan di sini