JAKARTA—-: Robbana atina fid-dunya hasana wa fil akhiroti hasanah waqina Robbana atina fid-dunya hasana wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar, (Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Selamatkanlah kami dari api neraka). Demikian doa yang kerap menjadi penutup dalam setiap ceramah agama dan kutbah.
Menurut Guru Besar UIN Syarif Hidyatullah Prof Dr Komaruudin Hidayat dalam sebuah tulisannya, doa itu harusnya mendorong setiap muslim dan muslimah untuk kerja produktif membangun kehidupan yang baik.
Pondok Pesantren Al Ittifaq terletak di Ciburial, Kecamatan Rancabali, Desa Alam Endah, Kabupaten Bandung bukan juga punya semangat menanamkan etos kerja pada para santrinya, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitarnya.
Haji Fuad Affandi, pemimpin Pondok Pesantren belajar bertani sayur dari orang tuanya dan Balai Penelitian Sayur Lembang, Bandung. Pada mulanya, dia dan santrinya menanam sepuluh jenis sayuran di lahan seluas lima tumbak, atau sekitar 70 meter persegi.
Kerja kerasnya membuat pesantren itu bukan hanya tempat pendidikan agama, tetapi juga menjadi sentra agribisnis. Sejak 1993 Pondok Pesantren Al Ittifaq mengadakan kerja sama jangka panjang dengan sejumlah perusahaan pasar swalayan di Jakarta dan Bandung.
Empat tahun kemudian didirikan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq untuk lebih meningkatkan kualitas usaha pertaniannya. Melaui koperasi inilah produk sayuran yang dihasilkan oleh santri dan masyarakat dipasarkan ke berbagai pasar swalayan di Bandung dan Jakarta.
Kini pada 2018, menurut Ketua Koperasi Al Ittifaq A Setia Irawan,koperasi ini sudah melebarkan sayapnya sekalipun harus menghadapi kendala: hanya mampu memenuhi 30% permintaan.
“Jadi kami harus meningkatkan teknologi budi daya,” kata alumni Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini kepada Peluang, di sela-sela acara Smesco Award 2018, Sabtu (27/10/2018).
Setia menyebutkan setiap hari petani sayuran binaannya memproduksi satu setengah ton dari 136 jenis. Selain itu Koperasi mampu memproduksi Jeruk Dekopon, Stroberi, Golden Berry dengan omzet per bulan sekitar Rp300 juta. Untuk sayuran ini koperasi menghadapi kendala pengangkutan, karena harus tetap segar di tempat pemesanan.
“Mau tidak mau kami harus berangkat setiap tengah malam, agar tidak terjebak kemacetan yang berakibat pada produk,” ujar dia, seraya mengatakan koperasi sudah mempunyai 1079 anggota.
Pada Rapat Anggota untuk Tahun buku 2017, omzet yang diraih sekitar Rp2,5 miliar. Kini koperasi ini mengadakan kerja sama dengan berbagai lembaga mancanegara, seperti dari Jepang dan Belanda.
Hingga saat ini Koperasi Al Ittifaq mampu memberdayakan 326 santri sebagai petani, sekaligus entrepreneur. Hasil usaha koperasi ini juga membantu para santri yang tidak mampu secara ekonomi.
Kegiatan pemasaran ke Pasar Swalayan-foto: Dokumentasi Koperasi Al lttifaq.Dengan demikian pesantren berfungsi memberikan akses pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu mulai dari tingkat madrasyah hingga Mtsi.
“Kami menciptakan ekonomi pesantren,” tutup Setia (Irvan Sjafari).