Perkembangan koperasi secara nasional terkendala pada rendahnya tingkat partisipasi anggota. Keadaan ini menguat dengan lemahnya publikasi dan informasi usaha koperasi. Karenanya tidak heran jika citra perkoperasian secara nasional sepi dari afirmasi publik.
Bagaimana menggiring anggota koperasi kian memahami literasi dan inklusi keuangan menjadi pekerjaan rumah semua pihak, tidak hanya oleh para pegiat perkoperasian nasional terapi juga diharapkan dengan dukungan dan akses pemerintah yang lebih intensif. Partisipasi anggota menjadi kekuatan kunci bagi tumbuhnya koperasi yang sehat, kuat dan transparan. Namun pengelola hendaknya tidak abai dengan aspek promosi agar dikenali publik.
Kesimpulan itu mengemuka dalam Seminar Sehari Quo Vadis Koperasi Indonesia, Tantangan dan Ancaman Kamis (23/6/2024) di Aula Sumur Yakub Kantor Pusat KSP Kopdit Pintu Air, Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Seminar dalam rangka RAT Kopdit Pintu Air ke XXVIII itu berlangsung hybrid menghadirkan empat pembicara yaitu Tokoh Koperasi NTT Romanus Woga, Asisten Deputi Pembaharuan dan Kemitraan Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Bagus Rachman, Pemimpin Redaksi Majalah Peluang Irsyad Muchtar dan Direktur Utama PT Pandai Samsudin.
Berbicara pada sesi pertama, Irsyad Muchtar memaparkan sejumlah tantangan ekonomi nasional maupun global yang harus disikapi oleh pelaku usaha koperasi. Sebagai bagian dari pelaku ekonomi nasional, kata dia, koperasi tidak boleh asyik dengan dirinya sendiri. “Koperasi justru saling menguatkan diri dengan sesamanya, anda bersatu atau tertinggal, “tukasnya.
Menimpali pendapat tersebut, Bagus Rahman menilai, koperasi harus mengikuti perkembangan yang ada agar usahanya makin modern. Kriteria modern, kata dia, bertumpu pada tiga pilar yakni pilar kelembagaan, usaha dan keuangan. “Apresiasi saya untuk Kopdit Pintu Air karena sampai dengan saat ini sudah maju pesat,” ucapnya seraya menjelaskan, tanda koperasi modern adalah mulai digunakan pendaftaran anggota secara elektronik, manajemen yang profesional, rekrutmen anggota secara digital dan dilaksanakannya RAT yang melibatkan anggota dan pengurus manajemen secara online sesuai peraturan Menteri Koperasi UKM.
Perkembangan koperasi di Kabupaten Sikka, kata Romanus Woga, adalah yang terbaik di NTT dengan lahirnya dua koperasi besar menembus skala nasional. Namun secara menyeluruh pertumbuhannya lamban karena masih banyak koperasi lainnya yang kurang terpublikasi dengan baik. (Nivan)