octa vaganza

Koperasi Konsumen Foodstuffs Selandia Baru Lawan Ekspansi Swalayan Asing

Taiching—Para pemilik toko di pulau utara dan selatan Selandia Baru membendung ekspansi swalayan asing dengan membentuk koperasi pasar swalayan dan hasilnya koperasi yang dimiliki 100 persen warga Selandia Baru ini menguasai 53% pasar.  

Selandia Baru, negara berada di lautan Pasifik ini terdiri dua pulau besar utara dan selatan serta sejumlah pulau kecil. Sebuah koperasi “pengecer” makanan dan minuman bernama Foodstuffs (NZ) Ltd menyatukan kedua pulau itu. Dua koperasi pengecer Foodstuffs North Island Limited dan Food South Island limited memiliki koperasi besar yang mampu menyaingi ekspansi pasar swalayan asing.

Hanya Australia Woolworths NZ yang mampu melawan koperasi ini dan menciptakan duopoli yang efektif di industri pasar swalayan Selandia Baru. Koalisi kedua koperasi ini terbukti secara kolektif mengendalikan sekitar 53% pasar grosir Selandia Baru. Grup ini memiliki waralaba ritel Four Square, New World dan Pak’nSave, label pribadi di dalam toko Pam’s, Pam’s Finest, dan Value (sebelumnya bernama Budget).

Semua dimulai ketika koperasi Foodstuffs (berarti bahan makanan) pertama dibentuk di Auckland, pendiri Foodstuffs J Heaton Barker memanggil anggota Asosiasi Pedagang Auckland untuk membahas rencana pembentukan kelompok pembelian koperasi. Grup ini berkembang pada 1925 dengan pengenalan branding Four Square di toko anggota.

Koperasi serupa didirikan di bagian lain negara itu termasuk Wellington (1922) dan Christchurch (1928) dan Otago / Southland (1948). Awalnya kelompok pembeli berdagang dengan nama yang berbeda, tetapi pada tahun 1935 nama “Foodstuff” diadopsi oleh semua koperasi asli.

Sejak itu organisasi terus berkembang. Selama bertahun-tahun telah terjadi penggabungan antara koperasi regional untuk membentuk dua koperasi dan akhirnya satu koperasi pada 1963. Kini Koperasi Foodstuff beranggotakan sekitar 15 ribu orang ini mampu mempekerjakan 39 ribu penduduk di seluruh negeri kiwi ini dan tetap bertahan di masa pandemi.

Kinerja keuangan koperasi ini lumayan menaikan asetnya pada 2019 sebesar 1,2 miliar dolar Selandia Baru menjadi 1,4 miliar dolar pada 2020, pada masa pandemi. Omzetnya naik tipis dari 3,13 miliar dolar Selandia Baru menjadi 3, 18 miliar dolar.

Koperasi ini juga punya program CSR dengan membentuk “Food for Thought Trust”, prakarsa Foodstuffs yang juga disampaikan oleh Heart Foundation, di mana para ahli gizi bersekolah dan mendidik siswa kelas 5 dan 6 tentang cara membuat pilihan makanan yang lebih sehat. Program ini telah mendidik lebih dari 180.000 siswa di lebih dari 2.100 sekolah sejak dimulai pada 2007.

Ketika Selandia baru melakukan penguncian total menghadapi pandemi Covid-19, Foodstuff menyumbangkan makan senilai 8 juta ton makanan kepada mereka yang membutuhkan melalui organisasi penyelamatan makanan dan mendukung sekolah, klub olahraga hingga sejumlah komunitas dan bank makanan lokal sebesar 7,4 juta dolar Selandia Baru.

Untuk aspek lingkungan hidup, koperasi mampu mengeleminasi 200 ton plastik kovensional per tahun, dicapai dengan beralih ke NanoWrap,yang merupakan sepertiga berat bungkus palet tradisional, serta mengurangi 18, 5 juta kardus dan menggantinya dengan peti yang bisa digunakan ulang. Kini tim riset koperasi ini berencana membuat plastik daur ulang yang ditargetkan bisa selesai pada 2025.

Foodstuff adalah koperasi besar, yang mengingatkan pada koperasi susu Fontera. Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menyampaikan kesannya bahwa perekonomian negeri ini ditopang oleh koperasi dan bukan oleh konglomerasi. Bahkan katanya, hampir semua pengusaha di Selandia Baru adalah anggota koperasi. Faktanya 30 koperasi teratas Selandia Baru menyumbang lebih dari 42,3 miliar dolar per tahun bagi perekonomian Selandia Baru. Foodstuff adalah koperasi besar kedua di Selandia di bawah Fonterra.  (Irvan)

Exit mobile version