Peluang News, Jajarta – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), Ahmad Zabadi menekankan mengenai pentingnya peran koperasi dalam mendorong peningkatan kapasitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tanah air.
Dalam acara Bedah Buku Serial Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM Dalam Rangka Ekspose Program Pengembangan Koperasi di kawasan Purwokerto, Jumat (11/10/2024) menyampaikan, koperasi merupakan wadah yang sangat strategis untuk mengkonsolidasi usaha-usaha kecil agar memiliki daya saing yang tinggi.
Selain itu, koperasi juga dinilai mampu memenuhi skala ekonomi sehingga dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri.
“Oleh sebab itu, pengarusutamaan strategi pengembangan koperasi dan UKM menjadi hal yang penting demi mendorong peningkatan kontribusi terhadap perekonomian nasional,” kata Ahmad Zabadi.
“Apalagi, UMKM kan mayoritas skalanya yaitu skala mikro kecil dan terbatas, maka wadah yang paling tepat mengatasi itu adalah melalui koperasi,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, di banyak negara maju, prinsip dasar koperasi justru banyak diadopsi untuk mendorong kinerja sebuah usaha seperti Koperasi Susu Fonterra di Selandia Baru, Koperasi Mondragon di Spanyol, dan masih banyak negara lainnya.
Namun, sayangnya di Indonesia sendiri keberadaan koperasi justru dipandang sebelah mata, terutama akibat pengelolaan yang kurang profesional yang kerap terjadi di beberapa koperasi besar di tanah air.
“Padahal, di beberapa negara maju yang kita sebut sebagai kampiun kapitalis justru tingkat partisipasi penduduknya untuk bergabung ke koperasi sangat tinggi, tetapi di Indonesia jauh di bawah rata rata dunia atau hanya sekitar 9,5 persen dari total populasi penduduk,” ungkapnya.
Oleh karenanya, ia menyatakan, KemenKopUKM telah melakukan banyak upaya dalam rangka rebranding koperasi agar menjadi lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Adapun salah satu upaya tersebut dilakukan melalui akselerasi program pembangunan pabrik minyak makan merah berbasis koperasi.
“Melalui program ini, KemenKopUKM berharap agar petani sawit terlibat dalam rantai bisnis pengolahan sawit dari hulu hingga hilir. Dengan begitu petani sawit yang menjadi anggota koperasi tidak hanya mengandalkan penjualan Tandan Buah Segar (TBS), tetapi terlibat dalam hilirisasi kelapa sawit sehingga pendapatannya meningkat,” jelas Zabadi.
“Kita sudah ada satu pabrik yang beroperasi di Deli Serdang, lalu yang sedang dibangun ada di lima titik secara bersamaan. Nanti akan terus dibangun per 1.000 hektare (kebun sawit) kami juga akan dorong pembangunan satu pabrik (minyak makan merah) lagi,” tambahnya.
Tak hanya itu, KemenKopUKM juga tengah mendorong pembangunan SPBU khusus nelayan (SPBUN) yang merupakan anggota koperasi agar akses terhadap solar bersubsidi menjadi lebih mudah dan sesuai harga pasar.
“Dengan adanya SPBUN yang dikelola oleh koperasi, para nelayan diharapkan akan mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar karena tidak lagi perlu membeli BBM dari tengkulak yang harganya jauh di atas harga resmi yang ditetapkan PT Pertamina (Persero),” tuturnya.