hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Koperasi Eptilu, Milenial Garut Iniasiasi Koperasi Petani

GARUT-–Siapa bilang milenial enggan terjun ke koperasi. Rizal Fahreza,  27 tahun, sarjana dari sebuah perguruan tinggi ternama di Jawa Barat ini  bersama rekan-rekannya yang rata-rata berusia di bawah 35 tahun awalnya mengusahakan budi daya jeruk siam Garut, tomat, dan kentang serta produk hortikultura lainnya sejak 2017.

Mereka memutuskan untuk membentuk lembaga koperasi pada 2019.  Mulanya mereka mengelola lahan seluas 3 hektare di Desa Mekasari, Cikajang, Kabupaten Garut untuk ditanam jeruk dan aneka produk holtikultura, seperti cabai, tomat, sawi dan sebagainya. 

Produk itu dipasarkan di Jabodetabek hingga Pangkalpinang, Pulau Bangka. Mereka panen hampir setiap bulan, namun produksinya baru mencukupi kebutuhan operasional koperasi yang beranggotakan 24 hingga 27 orang, serta karyawan koperasi sekira 20 orang.

“Kami baru menata kelembagaan dulu dan serta melakukan digitalisasi untuk memasarkan produk. Misalnya anggota A punya produk tomat kita pasarkan. Ke depan fungsi koperasi jadi offtaker,” kata Rizal kepada Peluang, Jumat (27/11/20).

Sementara untuk agrowisata sebetulnya sebelum pandemi sudah memberikan hasil. Menurut salah satu pendiri koperasi Eptilu ini pengunjung berkisar antara 1.000-1.500 orang per bulan.  Mereka mengeluarkan biaya Rp35-40 ribu untuk makan dan petik jeruk Rp20 ribu. Sementara mausk gratis.

“Sayangnya sesudah covid-19, omzet anjlok dan kondisi new normal belum memulikan sepenuhnya,” kata Rizal.

Eptilu menerapkan Closed Loop System, di mana semua pihak terlibat langsung mendampingi petani mulai dari proses produksi.

Rizal mengatakan, petani itu berkorporasi, memiliki daya nilai tawar yang tinggi, setara dan petani itu mempunyai bagian posisi yang tinggi.

“Mereka bisa lebih makmur, bila melakukan akselerasi, tidak perorangan dan berjamaah” pungkas Rizal (Van).

pasang iklan di sini