hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Koperasi Desa Merah Putih ‘Mati Suri’ di Purworejo

Koperasi Desa Merah Putih 'Mati Suri' di Purworejo
Ilusrasi Kopdes Merah Putih di Purworeja yang ditinggal pengurusnya/dok.Peluangnews-ai
Koperasi Desa Merah Putih ‘Mati Suri’ di Purworejo

PeluangNews, Purworejo – Program nasional Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) yang digadang-gadang mampu menjadi penggerak ekonomi desa, belum berjalan optimal di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dari 454 koperasi desa/kelurahan yang telah terbentuk dan diresmikan secara nasional oleh Presiden Prabowo Subianto, sebagian besar masih mandek.

Marnie, Ketua Kopdes Merah Putih Desa Ngentak, Kecamatan Ngombol, mengungkapkan bahwa hingga saat ini koperasi di tingkat desa belum memiliki modal usaha maupun arahan teknis dari pemerintah.

“Bagaimana bisa jalan, modal saja belum ada. Juknis pun belum turun,” ujarnya seperti dilansir dari Kompas.com, Ahad (27/7/2025).

Ketiadaan Modal dan Pelatihan Hambat Kinerja

Marnie menambahkan, sampai saat ini para pengurus belum mendapatkan pelatihan teknis maupun bimbingan manajemen koperasi. Rencana pertemuan pada akhir Juli disebutnya hanya berisi temu bisnis dengan sejumlah BUMN seperti Pertamina dan Pupuk Indonesia, bukan pelatihan substantif.

“Untuk Bintek sama sekali belum direncanakan,” tegasnya.

Akibat ketiadaan dukungan operasional, banyak pengurus di desa terpaksa menggunakan uang pribadi untuk kebutuhan administrasi koperasi—termasuk membuka rekening, membeli materai, dan ongkos transportasi.

“Banyak pengurus yang nombok sendiri, termasuk saya. Bahkan bensin buat wara-wiri saja dari kantong pribadi. Ini berat kalau terus-menerus tanpa dukungan konkret,” keluhnya.

Kritik atas Pendekatan Pemerintah

Lebih jauh, Marnie mengkritik cara pemerintah membentuk koperasi desa yang dinilai terlalu tergesa-gesa dan hanya mengejar kuantitas.

“Saya merasa program ini dilakukan terburu-buru, terkesan hanya mengejar target jumlah koperasi untuk keperluan launching. Padahal kami di lapangan belum siap, baik dari sisi sumber daya maupun teknis,” katanya.

Ia berharap pemerintah pusat dan daerah serius membina koperasi yang sudah terbentuk, bukan sekadar memamerkan jumlah.

“Jangan cuma bangga sudah terbentuk 80 ribu koperasi, tapi tidak dipikirkan outcome-nya. Bagaimana agar koperasi benar-benar bisa menyejahterakan warga desa, itu yang harusnya jadi fokus,” tegasnya.

Keluhan Serupa di Kecamatan Bener

Keluhan serupa juga disampaikan oleh salah satu pengurus Kopdes di Kecamatan Bener yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku koperasinya belum berjalan sama sekali meskipun legalitasnya telah selesai.

“Belum ada kegiatan, kalau legalitas sudah tinggal modalnya belum ada, masih bingung mau bagaimana nantinya,” ujarnya. (Aji)

pasang iklan di sini