hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Opini  

Koperasi Dalam Pusaran Sistem Keuangan Digital

Koperasi Dalam Pusaran Sistem Keuangan Digital

Oleh: Ahmad Subagyo*

Pusaran digital atau dalam istilah asing sering di sebut Digital Vortex, pada saatnya akan mendisrupsi model bisnis apa pun. Konsep “Digital Vortex” mengacu pada fenomena di mana industri menghadapi disrupsi digital dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda. Disrupsi ini didorong oleh teknologi digital yang membentuk kembali pasar dan menjungkirbalikkan bisnis yang sudah mapan.

Studi Digital Vortex, yang dilakukan dua tahun sekali oleh Pusat Global untuk Transformasi Bisnis Digital IMD bekerja sama dengan Cisco, menyoroti sektor-sektor yang paling terkena dampak gangguan ini.

Penelitian Digital Vortex terbaru mengidentifikasi tiga sektor utama yang paling rentan terhadap gangguan digital: produk dan layanan teknologi, pendidikan, dan layanan keuangan. Di sektor teknologi, kebangkitan AI generatif, seperti ChatGPT OpenAI, sangat berpengaruh, menunjukkan bahwa metode dan model bisnis tradisional sedang ditantang dan berpotensi digantikan oleh solusi baru yang digerakkan oleh AI. Tren ini juga menyoroti peran tekanan peraturan, yang mendorong lebih banyak inovasi dari perusahaan teknologi yang lebih kecil dan tangkas?.

Di bidang pendidikan, pandemi COVID-19 mempercepat penerapan perangkat digital, sehingga secara signifikan mengubah cara penyampaian pendidikan. Teknologi seperti augmented reality dan virtual reality (AR dan VR), analisis data, dan solusi berbasis cloud meningkatkan aksesibilitas pendidikan dan pengalaman pembelajaran yang dipersonalisasi?.

Sektor jasa keuangan mengalami lonjakan inovasi digital, sebagian didorong oleh inisiatif perbankan terbuka yang mewajibkan pembagian data atas persetujuan nasabah. Lingkungan peraturan ini mendorong pengembangan produk dan layanan keuangan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pelanggan.

Selain itu, peraturan sandbox, seperti yang didirikan oleh Financial Conduct Authority (FCA) Inggris, memberikan peluang bagi perusahaan fintech untuk menguji solusi inovatif dalam lingkungan yang terkendali dan mendukung? .

Memahami dinamika ini sangat penting bagi bisnis yang ingin bernavigasi dan berkembang di tengah disrupsi digital yang sedang berlangsung. Wawasan dari studi Digital Vortex berfungsi sebagai sumber daya berharga untuk menyusun strategi dan beradaptasi terhadap perubahan teknologi yang cepat yang mempengaruhi berbagai industri?.

Gerakan Usaha Simpan Pinjam dalam Pusaran system Keuangan Digital

Saya pernah di gugat aktivis Koperasi rekan penulis sendiri, kok Koperasi di sebut industry itu menyesatkan? Lalu penulis coba sedikit menjelaskan, industry itu apa sih? Industry adalah sekumpulan usaha yang sejenis, jadi kalau ada Koperasi Simpan Pinjam misalnya berjumlah lebih dari dua, maka sekumpulan usaha Koperasi ini dapat kita sebut Industri Simpan Pinjam.

Wah… itu kapitalis? Lalu padanan kata untuk menyebut sekumpulan usaha yang bergerak di usaha simpan pinjam oleh Koperasi istilahnya apa?, akhir perdebatan tersebut dapatlah istilah baru “istilah” yang lebih pas “ Gerakan usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi”

Pusaran digital atau Digital Vortex adalah konsep yang menggambarkan pergerakan industri menuju pusat digitalisasi, di mana model bisnis dan rantai nilai didigitalkan secara maksimal. Pusaran ini menciptakan disrupsi yang signifikan, memisahkan sumber nilai fisik dan digital, dan memungkinkan kombinasi baru yang mengaburkan batas-batas antar industri. Dalam konteks ini, industri yang berada di dekat pusat pusaran akan mengalami disrupsi yang lebih besar dibandingkan dengan yang berada di pinggiran.

Sistem keuangan digital mencakup berbagai layanan keuangan yang dilakukan secara elektronik, seperti e-wallet, online banking, dan cryptocurrency. Sistem ini menawarkan kemudahan akses, efisiensi waktu, dan peningkatan inklusivitas keuangan, yang memungkinkan transaksi dilakukan dengan cepat dan aman melalui perangkat digital. Koperasi simpan pinjam, sebagai entitas yang berfokus pada layanan keuangan bagi anggotanya, dapat merasakan dampak signifikan dari kedua konsep ini. Berikut adalah beberapa poin analisis mengenai kaitan antara ancaman pusaran digital dan sistem keuangan digital terhadap usaha simpan pinjam oleh koperasi.

Pusaran digital mendorong koperasi untuk beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi baru. Kegagalan untuk beradaptasi dapat menyebabkan koperasi tertinggal dan kehilangan daya saing. Mengadopsi sistem keuangan digital seperti e-wallet dan online banking dapat membantu koperasi tetap relevan dan kompetitif. Digitalisasi memungkinkan koperasi untuk menawarkan layanan yang lebih efisien dan aman kepada anggotanya.

Namun seiring dengan itu akan terjadi meningkatnya risiko keamanan data dan privasi juga meningkat. Serangan siber dan kebocoran data dapat merusak reputasi koperasi dan mengurangi kepercayaan anggota. Maka diperlukan implementasi teknologi keamanan canggih seperti enkripsi data dan otentikasi dua faktor dapat membantu melindungi data anggota dan transaksi keuangan.
Kesenjangan digital dapat menyebabkan beberapa anggota koperasi, terutama yang berada di daerah terpencil atau kurang terlayani, tidak dapat mengakses layanan digital. Terobosan penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan inklusivitas dengan menyediakan akses ke layanan keuangan bagi anggota di daerah terpencil melalui platform digital yang mudah diakses.

Pusaran digital menuntut efisiensi operasional yang lebih tinggi. Koperasi yang masih menggunakan metode manual akan kesulitan bersaing dengan entitas yang sudah terdigitalisasi. Digitalisasi proses operasional, seperti pencatatan transaksi dan manajemen keuangan, dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Pusaran digital dan sistem keuangan digital memiliki dampak yang signifikan terhadap usaha simpan pinjam oleh koperasi. Untuk tetap relevan dan kompetitif, koperasi perlu mengadopsi teknologi digital, meningkatkan keamanan data, dan memastikan inklusivitas layanan. Dengan demikian, koperasi dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan inovasi layanan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Koperasi yang tidak berinovasi berisiko kehilangan relevansi di tengah persaingan yang semakin ketat, terutama untuk menangkap pasar gen Y dan Gen Z agar terinklusi untuk menjadi anggota Koperasi dan generasi masa depan. Peluang tentunya tetap ada, mengembangkan layanan keuangan digital seperti peer-to-peer lending dan marketplace koperasi dapat membuka peluang baru dan meningkatkan daya saing koperasi.

Namun apakah hal tersebut di akomodir oleh regulasi? Hal ini tentunya akan menjadi agenda diskusi selanjutnya! (#)

*Wakil Rektor Bidang Riset, Advokasi dan Promosi IKOPIN University, Ketua Umum IMFEA dan Pelopor terbentuknya Asosiasi Dosen Ekonomi koperasi dan Microfinance Indonesia. Anggota Perkumpulan Guru Besar Indonesia (Pergubi).

pasang iklan di sini