
Peluangnews, Ende — Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Obor Mas mengambil langkah strategis dalam upaya menekan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dengan mengimplementasikan sistem “Koperasi Checking” melalui kerja sama dengan aplikasi digital Kocek.
Langkah ini merupakan inovasi yang dirancang untuk memperkuat akuntabilitas dan mitigasi risiko dalam proses penyaluran kredit, sekaligus menjaga kesehatan finansial koperasi secara keseluruhan.
Penerapan sistem Koperasi Checking ini merupakan respons Kopdit Obor Mas terhadap tantangan klasik yang kerap dihadapi lembaga keuangan, yakni tingginya rasio NPL. Melalui kerja sama ini, riwayat pinjaman anggota di lembaga keuangan yang terafiliasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan tercatat dan menjadi referensi penting dalam pengajuan kredit baru.
General Manager Kopdit Obor Mas, Frediyanto Moat Lering, menjelaskan bahwa aplikasi Kocek tidak hanya menampilkan informasi kredit dari lembaga keuangan lain, tetapi juga menyajikan data tambahan seperti riwayat kredit, status pengajuan (disetujui atau ditolak), alamat tinggal terkini, dan aktivitas keuangan digital lainnya.
“Aplikasi Kocek membantu manajemen mengambil keputusan kredit dengan lebih akurat dan meminimalisasi risiko gagal bayar,” ungkap Yanto dalam kegiatan sosialisasi di Kantor Cabang Utama Ende, Jumat (23/5/2025).
Frediyanto menegaskan bahwa sistem ini bukan sekadar alat untuk menyaring pengajuan kredit, melainkan juga sebagai sarana edukasi dan pencegahan agar anggota lebih bijak dalam berutang. Namun demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan tim kredit.
“Yang penting adalah adanya upaya nyata untuk menjaga kualitas aset, terutama saldo pinjaman yang produktif dan berbobot,” tambahnya.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kopdit Obor Mas dan Aplikasi Kocek dijadwalkan berlangsung dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT), dan akan disaksikan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM RI.
“Setelah pembukaan RAT, kami akan melakukan penandatanganan MoU di hadapan Bapak Menteri Koperasi,” jelas Frediyanto.

Sementara itu, Direktur Pemasaran Kocek, Wily Sanjaya, menyebut tantangan terbesar koperasi modern saat ini adalah masih bergantung pada data internal atau rekomendasi dari sesama anggota dalam menilai kelayakan pinjaman.
“Aplikasi Kocek hadir sebagai solusi digital berbasis Big Data dan AI untuk membantu koperasi melakukan analisis risiko pinjaman dengan lebih akurat dan efisien,” kata Wily.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Kocek memungkinkan koperasi untuk mengecek identitas calon debitur, kapasitas pembayaran, nilai jaminan, hingga riwayat kredit dari berbagai sumber.
“Dengan Kocek, koperasi bisa mengambil keputusan kredit yang lebih tepat, sekaligus menghindari potensi kredit bermasalah,” ujarnya.
Wily berharap, kerja sama ini menjadi pemantik bagi koperasi-koperasi lain di wilayah NTT untuk mengadopsi sistem serupa, guna meningkatkan kualitas pemberian pinjaman dan menurunkan angka NPL.
Penerapan sistem Koperasi Checking ini menjadi bukti nyata komitmen Kopdit Obor Mas dalam menjaga stabilitas keuangan lembaga dan melindungi dana simpanan para anggotanya. Selain menekan risiko kredit macet, langkah ini juga diharapkan dapat memperkuat kepercayaan anggota terhadap pengelolaan koperasi yang transparan dan akuntabel. (RO/Aji)