hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kopdit Asisi: Dari Koperasi Sekolah ke Koperasi Nasional

Suasana pelayanan Kopdit Asisi-Foto: irvan Sjafari.

JAKARTA — Ketika berdiri pada 17 Juli 1976, Koperasi Kredit Asisi masih merupakan koperasi karyawan sekolah Asisi yang berdiri di bawah Yayasan St Fransiskus. Pada waktu itu hanya 40 orang yang bergabung di koperasi simpan pinjam, terdiri dari guru dan karyawan SD, SMP dan SMA Asisi yang terletak di bilangan Menteng Dalam, Jakarta Selatan.

“Ketika saya menjadi guru mata pelajaran PMP(kemudian penjadi PKPN) pada 1983 iuran wajib hanya Rp2500 dan iuran pokok Rp10.000. Hingga 2007 anggotanya hanya 394 dan asetnya Rp843 juta. Jumlah Sisa Hasil Usaha yang dibagikan waktu itu tidak besar hanya Rp10.000 hingga Rp200.000, namun anggota senang,” kenang Manajer Koperasi Kredit Asisi Ignatius Suprapto ketika ditemui Peluang beberapa waktu lalu.

Itu dulu, sebelumnya akhirnya rapat anggota tahun 2007 memutuskan memperluas keanggotaan bagi masyarakat umum yang berminat.

Ketika itu Suprapto sudah pensiun menjadi guru dan ditunjuk menjadi manajer. Jumlah anggota meningkat dua kali lipat dan jumlah aset menjadi sekitar Rp1,4 miliar. Kopdit Asisi memiliki kantor sendiri yang sudah keluar dari lingkungan Sekolah Asisi.

Selanjutnya jumlah aset dan anggota terus meningkat. Plafon peminjaman regular menjadi naik dari Rp25 juta menjadi Rp50
juta. Syarat peminjaman, anggota harus punya simpanan sebesar 10 persen dari jumlah yang dia pinjam.

Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2017 pada Februari lalu mencatat jumlah anggota 2802 orang dan asetnya menjadi Rp25.192.296,83.

Sementara Sisa Hasil Usahanya tercatat Rp71.651.658. Prestasi ini menjadikan Kopdit Asisi menempati peringkat 4 di Puskopdit Jakarta pada 2017. Pada tahun itu juga Kopdit Asisi mendapatkan penghargaan dari Puskopdit Nasional sebagai Koperasi Kredit Ideal.

Bagaimana cara menjadikan aset itu besar? Menurut Suprapto walau hanya begerak di usaha Simpan Pinjam, tetapi diversifikasinya produknya untuk angggota, yaitu Simpanan Bunga Harian (Sibuhar) sebutan untuk Simpanan Sukarela, Simpanan Khusus Berjangka (Sikhujang) dan Simpanan Masa Depan (Simapan).

“Anggota koperasi yang berminat menabung di Simapan menyetor Rp100.000 per bulan atau kelipatannya dalam jangka waktu tiga tahun. Setelah tiga tahun bisa dicairkan atau diteruskan,” terang pria kelahiran 1952 ini.

Kopdit Asisi bukan saja menawarkan anggotanya kredit barang, biasanya kendaraan bermotor. Koperasi menalangi pembelian sepeda motor dan mobil dan anggota mengangsurnya maksimum 24 kali.

“Dibandingkan dengan membeli di dealer selisih harganya antara Rp2-Rp3 juta. Itu sebabnya banyak yang berminat. Tidak ada masalah kredit macet untuk pembelian barang,” ujar alumni Filsafat Teologi Sanata Dharma Yogyakarta ini.

Selain itu Kopdit Asisi mampu memberikan bantuan Kredit Pemilikan Rumah sampai Rp200 juta. Semua simpinan anggota sudah diasuransikan di Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) dan preminya dibayar oleh pihak Koperasi Kredit Asisi.

“Animo warga Jakarta untuk ikut koperasi sebetulnya besar. Koperasi dipilih karena sifatnya simpel. Namun sebetulnya modal koperasi itu ialah kejujuran, kepercayaan dan kewajaran. Kami hanya menjaga tiga hal itu,” pungkas Suprapto (Van).

pasang iklan di sini
octa investama berjangka