
PeluangNews, Jakarta — Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan bahwa Koperasi Desa (KOPDES) akan berfungsi sebagai outtaker atau pembeli terakhir hasil produksi petani dan peternak. Langkah ini diambil untuk memastikan harga komoditas tidak jatuh ke tangan tengkulak dan tetap sesuai harga yang ditetapkan pemerintah.
Zulhas -sapaan Menko Pangan- menjelaskan, dalam skema tersebut KOPDES wajib membeli gabah, telur, jagung, serta komoditas lain ketika harga pasar turun. “Kalau rakyat piara itik, telurnya nggak laku, KOPDES beli. Kalau petani gabahnya banyak dan nggak laku, KOPDES beli dengan harga pemerintah,” ujar Zulhas dalam acara BIG Conference bertema Menuju Kedaulatan Ekonomi, Senin, 8 Desember 2025, di Jakarta..
Ia menegaskan pemerintah tidak ingin lagi melihat petani ditekan harga oleh tengkulak, seperti kasus gabah Rp6.500 yang dibeli hanya Rp5.000. “Tengkulak-tengkulak harus habis,” kata Zulhas.
Konsep besar yang tengah disiapkan adalah ekonomi close-loop yang menghubungkan petani, UMKM desa, BUMDes, hingga unit perdagangan desa ke Mitra Bina Gizi (MBG). Sistem ini ditujukan untuk memangkas rantai distribusi yang selama ini panjang dan merugikan produsen.
“Kalau desa berkembang, dia akan memangkas distribusi yang panjang dari pabrik ke desa. Desa akan punya lembaga keuangan sendiri, termasuk layanan beriling,” ujarnya.
Zulhas juga menyinggung tugas lain yang diberikan Presiden terkait program pangan bergizi. Ia menyebut penyaluran bantuan makanan senilai Rp82,9 juta per anak per tahun tidak mudah dan membutuhkan tata kelola desa yang kuat.
“Tidak boleh ada satu pun anak kita bermasalah gara-gara program ini,” tegasnya. (Gem)
Baca Juga: Anindya Bakrie: Indonesia Harus Optimistis dan Memperkuat Daya Saing Ekspor







