
Peluangnews, Jakarta – Ketika minyak sawit Indonesia dijegal Uni Eropa (EU) terkait dengan aturan anti deforestasi, produsen briket arang batok kelapa Indonesia sebaliknya, yakni jaminan tidak dari hasil penggundulan hutan. Selain, penggunaan briket arang kelapa juga seiring dengan penanganan dampak dari perubahan iklim.
“kita justru memperlihatkan bahwa briket sebagai komoditas produk turunan kelapa, kontribusinya paling banyak (bermanfaat) untuk lingkungan. emisinya menggantikan penggunaan briket arang kayu dunia. Usaha kami sesuai dengan kampanye, save the world by coconut charcoal,” ujar Produsen briket arang kelapa, Asep Mulyana, Senin (16/10/2023).

Selain, tren dunia sekarang ini, yakni prospek bisnis baru berupa carbon trading. Indonesia baru mempunyai landasan hukum carbon trading, yakni Peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor 14/2023 (tentang perdagangan karbon melalui bursa karbon/POJK Bursa Karbon). keberadaan Bursa Karbon Indonesia ini, merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesia terdapat upaya menangani dampak dari perubahan iklim.
Sehingga pada pertemuan ICC (International Coconut Community) di di Manado pada 12 – 14 Oktober 2023, ia juga menyinggung prospek bisnis masa depan, yakni carbon trading. Sumber dari carbon trading, salah satunya dari arang tempurung kelapa yang melimpah dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sulawesi, Maluku, Sumatera dan lain sebagainya. Di negara-negara maju, potensi Carbon ini menjadi sebuah bisnis yang sangat menarik dan khususnya untuk Indonesia.
“Presiden Jokowi (Presiden RI Joko Widodo) membuka perdagangan perdana bursa karbon Indonesia (di Bursa Efek Indonesia/BEI) akhir September yang lalu. Indonesia akan punya carbon exchange, seperti Indonesia stock exchange (IDX) yang sudah lebih dulu beroperasi. Prospek bisnis masa depan, carbon trading dari arang tempurung kelapa sudah jelas di depan mata,” ungkap Asep Mulyana.

Andaikan semua orang semakin sadar terhadap lingkungan, semua orang akan semakin sadar dengan kerugian penggunaan briket arang kayu. Sama seperti menebang pohon, terjadi deforestasi (penggundulan, penebangan hutan). Kalau masyarakat masih sangat tergantung briket arang kayu, semakin banyak pohon diteban. Hutan semakin gundul.
“Kalau sudah tidak ada hutan, siapa lagi yang menyerap karbon di atmosfer. Hutan jelas menyerap pohon, untuk menghasilkan oksigen. carbon trading, dengan hitung-hitungannya para ahli, setiap 98 ton briket arang setara dengan satu hektar hutan. Berarti 98 ton briket arang kayu potensial merusak satu hektar hutan,” kata CEO PT Tom Cococha, yang mengekspor briket arang kelapa ke Eropa. (alb)