JAKARTA—–Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan produksi minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis dalam dua belas tahun. Kemampuan produksi minyak tidak mampu mengimbangi kebutuhan dalam negeri.
Konsumsi minyak pada 2018 di atas 1.600 kiloliter per hari, sementara produksinya hanya 800 kiloliter per hari.
“Boleh dibilang konsumsi dua kali lipat produksi minyak bumi,”ujar staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia ini dalam diskusi media bertajuk “Mencari Solusi Revitalisasi Sektor Migas Indonesia” di Tjikini Lima, Kamis (21/3/2019).
Selain diserap untuk kebutuhan listrik, meningkatnya konsumsi minyak juga didorong pertambahan jumlah kendaraan setiap tahun. Jumlah sepeda motor pada 2018 sudah mendekati 120 juta unit dan jumlah mobil melebihi dua puluh juta unit.
Untuk itu menurut Berly, diperlukan beberapa langkah mencegah habisnya produksi migas dalam negeri, yakni dengan meningkatkan produksi energi baru terbarukan (EBT), hingga impor. Dengan begitu, kebutuhan dalam negeri terus terjaga.
“Opsinya itu meningkatkan produksi, produksi EBT-nya atau punya duit banyak dari sektor lain untuk impor. Sebab konsumsi sulit ditekan,” terang dia.
Berly juga meminta RUU Migas agar segera diselesaikan. Dengan begitu harapannya investasi di sektor migas bisa meningkat dan mendorong produksi dalam negeri.
Selain pemerintah berupaya mencari ladang minyak baru, dia juga berharap alternatif seperti keberadaan mobil listrik dan Mass Rapid Transportation (MRT) juga dapat mengerem habisnya cadangan minyak dan sekaligus juga mengurangi impor minyak.
“Jika itu terwujud mungkin cadangan minyak bumi kita bisa lebih lama habis ,” pungkasnya (van).