octa vaganza

Konflik Israel dan Palestina Memanas Dongkrak Harga Minyak

Peluangnews, Jakarta – Mantan Dirut BEI Hasan Zein Mahmud melihat memanasnya perang di Israel dan Palestina akan berdampak pada kenaikan harga minyak dunia.

“Harga minyak akan naik. Apalagi kalau ada Iran dibalik Hamas. Rusia mungkin akan mendapat keuntungan ganda, dari harga minyak dan Ukraina,” kata Hasan, kepada wartawan, di Jakarta, Senin (9/10/2023).

Sementara dari Research & Development ICDX Girta Yoga, mengatakan harga minyak pada pembukaan pekan pagi ini terpantau bergerak bullish didukung oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dipicu serangan Hamas ke Israel pada akhir pekan.

Selain itu, dukungan juga datang dari pernyataan positif enam produsen Arab terkait pemangkasan produksi sukarela.

Serangan dadakan berskala besar yang diluncurkan oleh militan Islam Palestina, Hamas, ke Israel pada hari Sabtu (7/10), memicu serangan udara balasan dan deklarasi perang resmi dari Israel pada hari Minggu (8/10).

Serangan Hamas tersebut sekaligus merupakan serangan terluas dan paling berdarah dalam beberapa dekade, karena telah menewaskan lebih dari seribu orang pada akhir pekan ini, dengan lebih dari 600 warga Israel tewas akibat serangan Hamas dan lebih dari 400 warga Palestina tewas saat Israel menggempur Gaza dengan serangan udara.

“Dikhawatirkan kondisi tersebut berisiko berkembang menjadi perang yang lebih luas dan mengganggu pasokan minyak dari Timur Tengah yang merupakan lokasi dari hampir sepertiga pasokan minyak global,” kata Girta.

Turut mendukung pergerakan harga lebih lanjut, enam negara produsen Arab anggota OPEC yakni Bahrain, Irak, Kuwait, Oman, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menegaskan kembali komitmen terhadap penyesuaian produksi minyak sukarela secara kolektif dan individu.

Sementara itu, tensi AS dan Tiongkok kembali memanas pasca Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat memasukkan 42 entitas Tiongkok ke dalam daftar kontrol ekspor pemerintah, denga alasan telah memberikan dukungan terhadap pangkalan industri militer dan pertahanan Rusia – dukungan yang mencakup pasokan sirkuit terpadu asal AS.

Selain Tiongkok, 7 entitas lainnya dari Finlandia, Jerman, India, Turki, Uni Emirat Arab, dan Inggris juga ditambahkan ke daftar kendali ekspor perdagangan AS. Kementerian Perdagangan Tiongkok bereaksi keras atas aksi AS tersebut dan menyebut tindakan AS sebagai “pemaksaan ekonomi dan intimidasi sepihak”.

Dari Rusia dilaporkan bahwa larangan ekspor diesel melalui jalur pelabuhan dan sebagian besar pembatasan yang diberlakukan pada 21 September resmi dicabut, ungkap pengumuman resmi Pemerintah Rusia pada hari Jumat. Meski demikian, pembatasan untuk ekspor bensin masih tetap berlaku.

“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$88 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$84 per barel,” kata Girta. (Aji)

Exit mobile version